
Sebagian Mata Uang Asia Ambrol, Untung Rupiah Libur!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang sangat perkasa hingga di penutupan perdagangan kemarin (14/4), sebab bank sentralnya (The Fed) berencana menaikkan suku bunga dengan agresif bulan depan. Bursa di AS dan beberapa negara di Asia hari ini ditutup untuk memeringati Jumat Agung.
Melansir Refinitiv, pada Kamis (14/4) indeks dolar berhasil ditutup lebih tinggi sebanyak 0,23% ke level 100,552 terhadap 6 mata uang dunia.
Sepanjang perdagangan kemarin, Mata Uang Garuda bergerak menguat dan tidak mencicipi zona negatif, meskipun indeks dolar AS sedang perkasa, dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.343/US$ atau menguat 0,13%.
Yen Jepang melemah terhadap dolar AS sebanyak 0,43%, disusul oleh ringgit Malaysia terkoreksi sebanyak 0,05% terhadap si greenback. Namun, yuan China berhasil menguat sebanyak 0,1%. Perdagangan di Singapura dan Indonesia ditutup hari ini untuk memperingati Jumat Agung.
Melihat pergerakan tersebut, seandainya rupiah juga diperdagangkan hari ini kemungkinan akan mengalami pelemahan tipis. Hal ini terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih menguat ketimbang posisi akhir rupiah Kamis (14/4).
Berikut kurs NDF pada pukul 10:30 WIB.
Periode | Kurs |
1 Pekan | Rp14.358,1 |
1 Bulan | Rp14.374,6 |
2 Bulan | Rp14.385,1 |
3 Bulan | Rp14.402,9 |
6 Bulan | Rp14.486,2 |
9 Bulan | Rp14.577,0 |
1 Tahun | Rp14.686,1 |
2 Tahun | Rp14.970,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.
Kemarin, Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan setengah poin bulan depan merupakan pilihan yang sangat masuk akal, sehingga pasar pun memprediksikan bahwa pengetatan moneter yang telah direncanakan sebelumnya oleh The Fed akan benar-benar terjadi.
Menurut Ahli Strategi Makro Westpac bahwa William memberikan pernyataanya secara terbuka untuk mendukung performa dolar yang sempat melemah beberapa waktu lalu.
Dengan begitu, indeks dolar AS berhasil menguat 0,64% pada pekan ini. Wajar saja, jika banyak mata uang di Asia yang berguguran karena indeks dolar AS memang sedang di atas angin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer