Putar Arah! Kurs Dolar Australia Tembus Rp 10.700 Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 April 2022 12:15
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia akhirnya kembali unjuk kekuatan setelah merosot 2 hari beruntun melawan rupiah dengan total lebih dari 2%. Kemarin mata uang Negeri Kanguru ini berbalik menguat dan berlanjut lagi hari ini.

Pada perdagangan Rabu (13/4/2022) pukul 10:08 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.724/AU$ menguat 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, penguatannya tercatat sebesar 0,54%.

Dolar Australia saat ini menjadi salah satu mata uang yang diprediksi akan menguat di tahun ini. Sebab bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah membuka peluang kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

Pasar kini melihat RBA akan menaikkan suku bunga di bulan Juni, dan akan disusul dengan beberapa kenaikan setelahnya. Bahkan bank sentral pimpinan Philip Lowe ini diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 200 basis poin.

Jika itu terjadi, maka RBA akan sangat agresif. Hal ini membuat analis dari Westpac Bank, Sean Callow menyarankan strategi buy on dip (beli saat harga turun) pada dolar Australia.

RBA (bank sentral Australia) membuat dolar Australia melesat ke level tertinggi sejak Juni 2021, tetapi kemudian berbalik arah. Kuatnya dolar AS akan membatasi dolar Australia, tetapi untuk beberapa pekan ke depan kami masih buy on dip, puncak dolar Australia masih belum dicapai," kata Callow sebagaimana dilansir Poundsterling Live, Jumat (8/4/202).

Sebaliknya Bank Indonesia (BI) masih menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi secara fundamental (inflasi inti) menunjukkan kenaikan.

BI masih optimistis inflasi Indonesia pada 2022 masih berkisar pada asumsi semula, yaitu 2-4%. Sekalipun kini harga barang dan jasa terus naik.

"Sejauh ini kami masih confident inflasi masih bisa terjaga 2-4%," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).

Hingga Maret 2022, berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia sudah mencapai 2,6% secara tahunan (year on year/yoy) dan 0,6% secara bulanan.

Meski demikian, para analis melihat BI berpeluang menaikkan suku bunga di semester II-2022, sebanyak satu atau dua kali.

Dibandingkan dengan RBA yang sangat agresif dibandingkan dengan BI tentunya membuat spread (selisih) suku bunga di Australia dengan Indonesia akan menyempit. Hal ini bisa lebih menguntungkan bagi dolar Australia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular