BI Terus Pantau Inflasi, Rupiah Sempat Menguat Eh Terus Flat

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 13/04/2022 11:59 WIB
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak menguat kemudian stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (13/4/2022).

Kurs rupiah stagnan di tengah angka inflasi AS yang telah menyentuh 8,5% meningkatkan proyeksi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan bertindak agresif untuk menaklukkan inflasi.

Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,07% di Rp 14.350/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya dan bergerak stagnan hingga pukul 11:00 WIB di Rp 14.360/US$.


Indeks dolar AS sedang melemah di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, dolar AS terkoreksi tipis 0,05% ke level 100,239 terhadap 6 mata uang dunia.

Kemarin, Departemen Tenaga Kerja AS telah merilis data inflasi AS bulan Maret yang mencapai 8,5%, lebih tinggi dari inflasi tahunan pada bulan Februari di 7,9%. Angka tersebut juga telah melampaui ekspektasi dalam konsensus para analis sebesar 8,4%.

Inflasi AS yang terakselerasi akibat melonjaknya harga bahan bakar, tempat tinggal, dan makanan. Bahkan, harga energi tercatat telah naik 32% dan harga makanan naik 8,8%, menjadi yang tertinggi sejak Mei 1981.

Perang antara Rusia dan Ukraina menjadi faktor utama yang menyebabkan harga komoditas dan energi terkerek naik sehingga inflasi pun meninggi. 

Dengan begitu, rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya di Mei menjadi tidak terelakkan.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongkrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) masih optimis inflasi Indonesia pada tahun ini akan berkisar di 2%-4%, meskipun harga barang dan jasa terus naik. Per Maret 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia berada di 2,6% secara tahunan dan 0,6% secara bulanan.


Namun, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 3,5% hingga adanya kenaikan lanjutan pada inflasi Indonesia.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa BI tidak sembarangan dalam merespons inflasi. Dia juga menambahkan bahwa apa yang akan direspons oleh MH Thamrin adalah inflasi yang sifatnya fundamental, yang dicerminkan dengan inflasi inti.

Hari ini, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati juga memberikan pernyataan bahwa pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 berada dalam rentang 4,5% - 5,2%.

Pergerakan Mata Uang Garuda pada hari ini terhadap dolar AS mungkin dibantu oleh aliran dana investor asing. Pukul 11:00 WIB, tercatat net buy investor asing senilai Rp 354,52 miliar.

Sepanjang tahun 2022, investor asing telah menyambangi pasar saham Indonesia dengan net buy senilai Rp 40,60 triliun. Ditambah, indeks dolar AS melemah di pasar spot, menghentikan tren penguatannya sejak 30 Maret.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS