
Kurs Dolar Singapura Merosot Terus, Yakin Gak Mau Borong?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura turun lagi melawan rupiah pada perdagangan Selasa (12/4/2022), tetapi beberapa bank investasi memprediksi Mata Uang Negeri Merlion ini akan menguat ke depannya. Sebab, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) akan agresif dalam mengetatkan kebijakannya.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 9:57 WIB dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.514/SG$, turun 0,08% di pasar spot. Dalam 8 hari perdagangan, dolar Singapura sudah merosot selama 7 hari.
MAS saat ini masih dalam periode blackout selama 21 hari hingga 14 April mendatang saat mengumumkan kebijakan moneter.
Selama periode blackout tersebut, MAS tidak mengeluarkan pernyataan apa pun, hal ini membuat pelaku pasar saat ini masih wait and see yang membuat kurs dolar Singapura menurun.
Goldman Sachs dan Barclays menjadi dua dari beberapa bank investasi ternama yang memprediksi MAS akan bertindak agresif. Goldman Sachs memperkirakan MAS akan mengerek policy band sebesar 50 basis poin.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Pada Oktober tahun lalu dan awal tahun ini MAS sudah menaikkan slope. Sementara pada pengumuman kebijakan moneter pekan depan, MAS diperkirakan akan menaikkan ketiganya.
"Kami perkirakan MAS untuk merespon risiko kenaikan inflasi dengan membuka ruang untuk apresiasi $NEER," kata Ashish Agrawal dan Audrey Ong analis di Barclays di Singapura dalam sebuah catatan yang dikutip Bloomberg, Jumat (8/4/2022).
Analis di Barclays tersebut memperkirakan MAS juga akan mengetatkan kebijakannya di bulan Oktober.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) belum terus menegaskan baru akan menaikkan suku bunga ketika tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental, dalam hal ini inflasi inti.
Meski demikian, banyak analis memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, dan ada kemungkinan sebanyak 2 kali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
