
Perang Ukraina Bikin Ekonomi Asia Goyang, Termasuk RI?

Inflasi siap mengguncang Asia
Biaya produksi yang lebih tinggi dan inflasi atas barang konsumsi diperkirakan Fitch akan merusak profitabilitas produsen dan daya beli konsumen.
Inflasi yang meningkat di negara-negara seperti Sri Lanka, Pakistan, India, dan Thailand dapat menimbulkan respons kebijakan yang lebih hawkish dari bank sentral.
Sebelum perang berkecamuk, inflasi pada dua bulan pertama tahun 2022 secara tahunan (yoy) di Sri Lanka dan Pakistan mencapai 12% lebih. Angka ini diprediksi dapat naik untuk beberapa bulan ke depan.
Hal ini karena ekonomi di negara berpenghasilan rendah dan menengah kemungkinan akan lebih terpapar, mengingat makanan dan transportasi menyumbang lebih dari 50% dari indeks harga konsumen (CPI).
Perlambatan ekonomi negara Barat tekan ekspor
Dampak dari perang dan inflasi yang tak kunjung turun di negara Barat ikut membuat Fitch menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 3,1% dari 3,5% dan kawasan euro menjadi 3,4% dari semula 4,0%.
Turunnya pertumbuhan ekonomi dari dua wilayah dengan GDP raksasa tentu akan mempengaruhi ekonomi negara lain, seperti turunnya permintaan barang dan jasa dari kawasan Asia. Hal ini karena banyak negara yang memiliki hubungan dagang signifikan dengan dua ekonomi raksasa tersebut.
Vietnam dan Kamboja merupakan negara yang akan terdampak paling parah karena nilai ekspor ke dua kawasan tersebut nyaris mencapai 40% dari GDP. Selanjutnya adalah Malaysia yang nilainya hampir mendekati 20%. Adapun Indonesia sendiri, ekspor ke AS dan kawasan euro tidak mencapai 5% dari total GDP.
Pertumbuhan ekonomi negara Asia terpangkas
Sebagian besar ekonomi di kawasan Asia, pertumbuhannya dipangkas mulai dari ekonomi raksasa China dan India hingga yang jauh lebih kecil seperti Mongolia dan Sri Lanka.
Tahun ini ekonomi India diprediksi tumbuh 7,5% turun dari konsensus awal 7,8% akibat terbebani oleh harga minyak mentah yang lebih tinggi dengan defisit fiskal tahun ini diprediksi menyentuh 6,4%.
Harga komoditas juga ikut menekan ekonomi China yang pertumbuhannya terpangkas menjadi 5,2% dari proyeksi awal 5,4%. Selain itu meluasnya kasus infeksi baru ikut menjadi poin penting lainnya.
Ekonomi lain yang rentan jika ekonomi dunia melambat adalah Singapura. Karena sistem ekonominya yang terbuka, Fitch memangkas pertumbuhannya menjadi 3,0% dari semula 3,6% karena khawatir melemahnya ekonomi raksasa, khususnya China, akan menjadi pukulan berat bagi Singapura.
(vap)