
Westpac Bank: Beli Dolar Australia Kalo Nilainya Turun!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melawan rupiah sempat nyaris menyentuh Rp 11.000/AU$ pada Selasa (5/4/2022) pekan lalu. Di saat yang sama melawan dolar Amerika Serikat (AS), Mata Uang Negeri Kanguru ini juga menyentuh level US$ 0,7533 yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2021.
Namun setelahnya dolar Australia justru merosot 5 hari beruntun baik melawan rupiah maupun dolar AS. Pada perdagangan Senin (11/4/2022) pukul 10:55 WIB dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.656/AU$, merosot 0,46% melawan rupiah dan di US$ 0,7432 atau melemah 0,31% melawan dolar AS.
Meski sedang dalam tren menurun sejak pekan lalu, analis dari Westpac Bank, Sean Callow menyarankan strategi buy on dip (beli saat harga turun) pada dolar Australia.
"RBA (bank sentral Australia) membuat dolar Australia melesat ke level tertinggi sejak Juni 2021, tetapi kemudian berbalik arah. Kuatnya dolar AS akan membatasi dolar Australia, tetapi untuk beberapa pekan ke depan kami masih buy on dip, puncak dolar Australia masih belum dicapai," kata Callow sebagaimana dilansir Poundsterling live, Jumat(8/4/202).
Pada pekan lalu, RBA membuat dolar Australia melesat setelah membuka peluang kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa lalu, RBA di bawah pimpinan Philip Lowe masih mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah 0,1%. Tetapi sikap RBA sudah mulai berubah, Lowe tidak lagi menggunakan kata "sabar".
"Dalam beberapa bulan ke depan, bukti tambahan penting akan tersedia bagi dewan gubernur naik itu inflasi dan perubahan biaya tenaga kerja. Dewan gubernur akan menilai bukti-bukti tersebut dan informasi lainnya untuk menetapkan kebijakan moneter," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters.
Sebelumnya di awal tahun ini RBA menyatakan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga dan membiarkan inflasi stabil dalam target 2% - 3%.
Dengan dihilangkannya kata "sabar" pelaku pasar melihat RBA akan menaikkan suku bunga di bulan Juni, dan akan disusul dengan beberapa kenaikan setelahnya.
Pasar melihat, RBA berpeluang menaikkan suku bunga hingga 200 basis poin di tahun ini. Jika itu terjadi, artinya RBA akan sangat agresif dan tentunya bisa mengerek nilai tukar dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
