Rupiah Kuat Tahan Gempuran Dolar AS, Apa Resepnya?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 April 2022 09:25
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang kuat-kuatnya belakangan ini, tetapi bukan berarti rupiah terpuruk. Malah, sepanjang pekan lalu rupiah masih mampu menguat tipis 0,03% ke Rp 14.360/US$ saat indeks dolar AS melesat lebih dari 1%.

Pada perdagangan Senin (11/4/2022), rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% ke Rp 14.36/US$. Tetapi tidak lama rupiah stagnan di Rp 14.360/US$.

Risiko rupiah akan melemah pada perdagangan hari ini cukup besar jika melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.

PeriodeKurs Jumat (8/4/) pukul 15:17 WIBKurs Senin (11/4/) pukul 8:57 WIB 
1 PekanRp14.266,3Rp14.284,0
1 BulanRp14.377,8Rp14.381,0
2 BulanRp14.382,0Rp14.392,0
3 BulanRp14.395,0Rp14.405,0
6 BulanRp14.461,0Rp14.499,0
9 BulanRp14.543,0Rp14.591,3
1 TahunRp14.663,0Rp14.694,8
2 TahunRp15.033,6Rp14.973,0

Indeks dolar AS yang sudah melesat lebih dari 1% pada pekan lalu dan mencapai level tertinggi 2 tahun kembali naik pada hari ini meski tipis 0,06%.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini guna meredam kenaikan inflasi membuat dolar AS sangat perkasa.

Rilis notula rapat kebijakan moneter edisi Maret kemarin menunjukkan bagaimana agresifnya The Fed akan bertindak. Tidak hanya akan menaikkan suku bunga, neraca (balance sheet) The Fed juga akan dikurangi dengan nilai yang jumbo. Dengan mengurangi nilai neraca, artinya The Fed akan melepas obligasi pemerintah dan efek beragun aset yang dimiliki, sehingga bisa menyerap likuiditas.

The Fed di bulan depan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 0,75% - 1%, dan mengurangi nilai neraca sebesar US$ 95 miliar per bulan, dengan rincian obligasi (US$ 60 miliar) dan efek berangun aset (US$ 35 miliar).

Pengurangan nilai neraca tersebut nilainya dua kali lipat ketimbang yang dilakukan pada tahun 2017 - 2019.

Dengan kebijakan tersebut, harapannya likuiditas akan terserap dan inflasi bisa melandai. Ketika likuiditas diserap, maka dolar AS akan cenderung menguat.

Meski demikian, rupiah masih cukup padahal beberapa data dirilis sedikit mengecewakan. Bank Indonesia (BI) pada Kamis lalu melaporkan cadangan devisa di bulan Maret turun cukup besar, US$ 2,3 miliar menjadi US$ 131,9 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2021.

Menurut BI salah satu penyebab penurunan cadangan devisa yakni pembayaran utang pemerintah. Sejak pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, yang pemerintah memang terus meningkat.

Sehari setelanya BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 111 pada Maret 2022. Indeks di atas 100 menandakan konsumen masih optimistis dalam memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

Akan tetapi, optimisme tersebut terpantau turun. Sebab pada Februari 2022, IKK tercatat 113,1.

"IKK Maret 2022 yang tidak setinggi bulan sebelumnya disebabkan oleh lebih terbatasnya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi mendatang, terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 128,1, sedikit melambat dibandingkan 130,8 pada bulan sebelumnya. Demikian juga Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Maret 2022 yang tercatat sebesar 93,9, sedikit termoderasi dari bulan sebelumnya sebesar 95,5.

"Secara triwulanan, rata-rata IKK triwulan I 2022 masih berada pada area optimistis dengan indeks sebesar 114,6, meski sedikit menurun dibandingkan 116,7 pada triwulan IV 2021," papar laporan BI.

Salah satu faktor yang membuat rupiah kuat menahan gempuran dolar AS yakni aliran modal yang masuk ke pasar saham. Data menunjukkan sepanjang tahun ini investor asing melakukan aksi beli bersih lebih dari Rp 37,5 triliun, dan pagi ini sudah ada net buy lagi nyaris Rp 300 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular