Dolar AS Terlalu Perkasa, Harga Tembaga Tumbang
Jakarta, CNBC Indonesia - Dollar Index terus menanjak membuat harga tembaga dunia melemah pada perdagangan awal pekan hari ini.
Pada Senin (11/4/2022) pukul 09.47 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.268,5/ton, turun 0,53% dibandingkan dengan harga penutupan pada perdagangan akhir pekan lalu.
Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 1,22%. Sejatinya apresiasi dolar Amerika Serikat (AS) adalah sentimen negatif bagi harga tembaga.
Sebab, tembaga adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat dolar AS menguat, maka tembaga jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan tembaga turun, harga pun terkoreksi.
Pada perkembangan lain, para pejabat The Fed menyatakan akan agresif untuk menekan angka inflasi yang tertinggi dalam 40 tahun.
Berdasarkan risalah pertemuan 15-16 Maret, The Fed mengatakan ada potensi kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan mendatang jika tekanan inflasi tetap tinggi.
"Banyak peserta mencatat bahwa satu atau lebih kenaikan 50 basis poin dalam kisaran target bisa sesuai pada pertemuan mendatang, terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi atau intensif," kata risalah tersebut.
Sikap The Fed kemudian menahan laju penguatan tembaga. Sebab masih ada kecemasan risiko pemulihan ekonomi jadi melambat.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.
(ras/vap)