
Mata Uang Asia Keok, Rupiah Tetap Jaya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada perdagangan pekan ini. Hebatnya, rupiah tetap mampu menguat di tengah gelombang keperkasaan dolar AS di Asia.
Sepanjang minggu ini, rupiah membukukan penguatan 0,03% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah mengakhiri pekan di posisi Rp 14.360/US$.
Walau hanya menguat tipis, kinerja rupiah lebih baik ketimbang mata uang negara-negara tetangga yang mayoritas mengalami depresiasi di hadapan greenback. Won Korea Selatan melemah 0,48%, dolar Taiwan terdepresiasi 0,82%, baht Thailand minus 0,3%, ringgit Malaysia lesu 0,29%, dan dolar Singapura terpangkas 0,48%.
Kunci keperkasaan rupiah adalah derasnya arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Tanah Air. Kemarin, investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 1,41 triliun di pasar saham Indonesia. Sepanjang 2022, nilai beli bersih investor asing mencapai Rp 37,52 triliun.
Pasar saham Indonesia 'kebanjiran' dana asing akibat lonjakan harga komoditas. Investor berharap berkah harga komoditas akan ikut mendongkrak kinerja emiten di Bursa Saham Indonesia.
Harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) sepanjang 2022 sudah melesat 97,36%. Tak mau kalah, harga saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun melonjak.
Secara year-to-date, harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) naik 33,33%. Kemudian harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 40%, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) naik 34,83%, dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) naik 66,98%.
Tidak hanya batu bara, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) juga melejit. Harga CPO di Bursa Malaysia sepanjang 2022 naik 26,06% secara point-to-point.
Kenaikan harga CPO membuat pelaku pasar memburu saham emiten produsen komoditas ini. Hasilnya, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 33,16% year-to-date. Sedangkan harga saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) naik 24,05%, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) naik 8,94%, dan Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) naik 9,68%,
Tidak hanya indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mendapat cuan karena derasnya arus modal asing tersebut. Rupiah juga kecipratan untung, bisa perkasa kala mata uang Asia tidak berdaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
