The Fed Berubah Jadi 'Elang', Harga Tembaga Menukik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan siang hari ini. Komentar pejabat Federal Reserves (The Fed) membawa mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat.
Pada Rabu (6/4/2022) pukul 14:05 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.386,5/ton, turun 0,67% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Dolar AS mencapai level tertinggi dalam dua tahun. Indeks dolar AS naik 0,12% ke 99,6 membuat tembaga yang dibanderol dengan greenback semakin mahal dibandingkan mata uang lainnya.
Terus menanjaknya indeks dolar AS tidak lepas dari ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) sebesar 50 basis poin menjadi 0,75-1% pada bulan depan. Ekspektasi tersebut semakin kuat setelah dua pejabat elit The Fed, Lael Brainard, yang selama ini dikenal bersikap dovish berubah menjadi hawkish.
"Sangat penting untuk menurunkan inflasi. Komite Pasar Terbuka (Federal Open Markety Committee/FOMC) The Fed akan terus mengetatkan kebijakan moneter secara metodis dengan serangkaian kenaikan suku bunga dan mulai mengurangi nilai neraca dengan cepat, dan bisa dilakukan di bulan Mei," kata Brainard sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (5/4/2022).
Nada hawkish dari Brainard juga membawa imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun, yang menjadi acuan pasar, melesat ke 2,56%. Tertinggi sejak Mei 2019.
The Fed menaikkan suku bunga pertama kali sejak tiga tahun pada bulan lalu serta merilis proyeksi bahwa suku bunga akan berakhir di 1,75-2% pada akhir tahun ini. Hal ini merupakan respons terhadap inflasi yang sudah terlampau panas di Negeri Paman Sam.
Akan tetapi pasar memandang The Fed akan lebih agresif dalam mendinginkan inflasi AS yang mencapai 7,9%. Ekspektasinya The Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Mei, Juni dan Juli untuk membawa suku bunga menjadi 2,5-2,75% pada akhir tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)