
Kemarin Nyaris Tembus Rp 11.000, Dolar Australia Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia belum banyak bergerak melawan rupiah pada perdagangan Rabu (6/4/2022) setelah nyaris mencapai Rp 11.000/AU$ kemarin. Sikap bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan membuat mata uangnya perkasa.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:48 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.872/AU$, menguat sangat tipis 0,01% di pasar spot. Kemarin level tertinggi yang sempat sempat Rp 10.989/AU$, sebelum akhirnya terpangkas.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa kemarin, RBA mulai merubah sikapnya terkait peluang kenaikan suku bunga di tahun ini. Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, RBA di bawah pimpinan Philip Lowe masih mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah 0,1%.
Sebelumnya di awal tahun ini RBA menyatakan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga dan membiarkan inflasi stabil dalam target 2% - 3%.
Tetapi dalam pernyataanya kemarin, Gubernur RBA Philip Lowe tidak lagi menggunakan kata "sabar".
"Dalam beberapa bulan ke depan, bukti tambahan penting akan tersedia bagi dewan gubernur naik itu inflasi dan perubahan biaya tenaga kerja. Dewan gubernur akan menilai bukti-bukti tersebut dan informasi lainnya untuk menetapkan kebijakan moneter," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters.
Sikap RBA tersebut mirip dengan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) sebelumnya. Di mana menunjukkan sikap sabar, tetapi berubah dalam waktu singkat, bahkan kini agresif dalam menaikkan suku bunga.
Para analis pun melihat RBA bisa jadi akan agresif juga. Beberapa bank besar masih mempertahankan proyeksi kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan di bulan Juni, dan akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 10 tahun terakhir.
Tidak hanya itu, RBA juga diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga di sisa tahun ini hingga tahun depan.
Sebagaimana dilansir 9 News, bank besar di Australia memprediksi suku bunga akan mencapai 1,5% di akhir 2023.
Jika benar RBA akan agresif, maka spread suku bunga antara Indonesia dengan Australia akan semakin menyempit. Hal tersebut akan menguntungkan bagi dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
