7 Kabar Ini Wajib Dibaca Sebelum Anda Cari Cuan Hari Ini

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
05 April 2022 07:21
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup positif pada perdagangan Senin (4/4/2022) awal pekan ini, setelah sempat terkoreksi pada perdagangan sesi I.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,53% ke level 7.116,218. Level penutupan perdagangan sesi II kemarin pun menjadi level tertinggi baru (all time high) IHSG.

Nilai transaksi kemarin mencapai sekitar Rp 11,5 triliun. Investor asing pun hingga kemarin masih mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 553,77 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 394,69 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 159,07 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Cermati kabar pasar serta kabar emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Selasa (5/4/2022):

1. Mantul! Debut Perdagangan, Saham WIR ASIA (WIRG) Lompat 34,5%

Harga saham perusahaan penyedia dunia metaverse, PT WIR ASIA Tbk (WIRG), berhasil naik hingga menyentuh level auto reject atas (ARA) pada debut perdagangan sahamnya hari ini, Senin (4/4/2022).

Berdasarkan data perdagangan, pada pukul 09.32 WIB, harga saham WIRG lompat 34,52% mencapai Rp 226 per saham. Volume perdagangan mencapai 6,03 miliar saham dan nilai transaksi sebesar Rp 1,36 miliar. Market cap mencapai sebesar Rp 2,69 triliun.

PT WIR ASIA Tbk atau dikenal dengan WIR Group resmi mencatatkan saham di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini dengan kode saham WIRG.

Melalui Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO), WIR Group melepas 2,33 miliar saham baru atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO serta 233,7 juta saham tambahan karena terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat.

Harga saham perdana ditetapkan Rp 168 per saham sehingga total dana yang diperoleh mencapai Rp 431,9 miliar.

2. Emiten Eddy Sariaatmadja Ini Cetak Laba Rp 1,35 T Pada 2021

Emiten media milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mencatat kenaikan laba bersih hingga 17,3% secara tahunan pada 2021 lalu.

Laba bersih emiten media Grup Emtek ini naik dari posisi Rp 1,148 triliun pada 2020 menjadi Rp 1,347 triliun pada 2021.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dikutip Senin (4/4/2022), diketahui kenaikan laba SCMA ditopang tumbuhnya pendapatan bersih perseroan.

Sepanjang 2021, pendapatan neto SCMA tumbuh 16,25% secara tahunan dari Rp 5,101 triliun pada 2020 menjadi Rp 5,930 triliun per akhir 2021.

Pendapatan SCMA banyak bersumber dari pemasukan iklan yakni Rp 6,437 triliun dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 736,49 miliar. Kedua pos pendapatan ini nilainya tumbuh dari posisi setahun sebelumnya.

Namun, terdapat potongan penjualan sebesar Rp 1,243 triliun pada 2021, yang juga tumbuh dari Rp 1,110 triliun pada 2020.

Pada saat yang sama, nilai aset perseroan tumbuh 46,51% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Aset perseroan nilainya mencapai Rp 9,913 triliun per akhir 2021 dibandingkan dengan posisi pada 2020 yakni Rp 6,766 triliun.

3. Laba Emiten CPO Pendatang Baru Ini Meroket 162,7% Pada 2021

Emiten CPO PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih dari Rp 4,203 triliun pada 2020 menjadi Rp 5,883 triliun pada 2021 atau setara 40%.

Laba yang diatribusikan kepada entitas induk juga meningkat dari Rp 410 miliar pada 2020 menjadi Rp 1,08 triliun pada 2021 atau setara 162,7%.

Total aset STAA meningkat dari Rp 5,082 triliun menjadi Rp 5,858 triliun. Sementara itu, total liabilitas turun dari Rp 2,923 triliun pada 2020 menjadi Rp 2,760 triliun pada 2021. Total ekuitas tercatat meningkat dari Rp 2,159 triliun menjadi Rp 3,098 triliun.

PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Maret 2022 lalu. Emiten yang menggunakan kode saham STAA ini menjadi perusahaan ke-11 yang melantai di BEI pada tahun 2022.

Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit ini melepas sebanyak 903.372.600 saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau sebanyak 8,29% dari modal ditempatkan atau disetor penuh. Adapun harga penawaran dari aksi korporasi ini sebesar Rp 600 per saham.

4. PP Presisi Kantongi Kontrak Rp 1 T di Kuartal I-2022

PT PP Presisi Tbk mengantongi kontrak baru senilai Rp 1 triliun di tiga bulan pertama 2022. Angka ini meningkat secara signifikan sebesar 26% secara year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 444,1 miliar.

Adapun kontrak baru itu didapatkan dari mining development Proyek Weda Bay sebesar Rp 222,5 miliar, Revitalisasi Bandara Halim Rp 46,7 miliar, KA Sumut Binjai Rp 85,8 miliar dan entitas anak PT LMA pada proyek Basic Engineering Design Road Hauling sebesar Rp 72,6 miliar.

Direktur Utama PT PP Presisi Rully Noviandar mengatakan, semua proyek tersebut merupakan proyek jasa pertambangan nikel dan proyek civil work yang pihaknya kerjakan secara baik dari PP Presisi maupun dari PT LMA.

Sedangkan berdasarkan lini bisnis kontrak baru sampai dengan Maret 2022 diperoleh dari lini bisnis civil work Rp 392,4 miliar (naik 38,4%), mining services Rp 538,2 miliar (52,67%), structure work Rp70,7 miliar (6,92%), production plant dan rental heavy equipment Rp 20,6 miliar (2,01%).

"Sampai dengan Maret 2022, kontrak baru dari external mendominasi perolehan kontrak baru dengan kontribusi sebesar 95% berasal dari non PP group dan 4% dari group," ujar Rully dalam keterangan tertulis, Senin (4/4/2022).

5. Perusahaan Furnitur Oscar Living Incar Rp 50 M dari IPO

Perusahaan furnitur Oscar Living, PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 400.000.000 saham.

Jumlah saham yang ditawarkan tersebut setara sebanyak-banyaknya 21,10% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum, yang merupakan saham baru yang dikeluarkan dari portepel Perseroan dengan nilai nominal Rp 10 setiap saham.

Mengutip prospektus, Senin (4/4/2022), saham baru tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan rentang Harga Penawaran sekitar Rp 100 hingga Rp 125 per saham.

"Jumlah Penawaran Umum ini adalah sebanyak-banyaknya Rp 50.000.000.000," tulis prospektus.

Perseroan telah menunjuk PT Danatama Makmur Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Bersamaan dengan penerbitan Saham Baru, Perseroan juga menawarkan Waran Seri I sebanyak-banyaknya 400.000.000 Waran Seri I, yang mewakili sebanyak-banyaknya 26,67% dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

6. Goldman Sach & JPMorgan Sebut RI No 1 untuk Investasi Saham

Setidaknya dari tiga pasar keuangan di Asia Tenggara, Indonesia menjadi pilihan teratas dari Goldman Sachs dan JPMorgan Asset Management.

Berikut tiga pilihan pasar saham Asia Tenggara dari Goldman Sachs dan JPMorgan Asset Management yang cukup menarik bagi mereka.

1. Indonesia Dengan Sektor Perbankan dan Komoditas

Menurut Desmond Loh, seorang manajer portofolio di JPMorgan Asset Management, sektor yang menarik bagi pasar saham Indonesia adalah sektor perbankan, karena ia menilai bahwa penduduk Indonesia masih cenderung minim literasi akan produk perbankan.

"Di Indonesia, secara struktural kami positif terhadap perbankan karena mayoritas penduduk masih unbanked atau underbanked. Kami saat ini diposisikan di sektor swasta terkemuka dan juga bank-bank milik negara karena mereka telah secara proaktif mendorong adopsi digital untuk mempercepat penetrasi keuangan," kata Loh, dilansir dari CNBC International.

Unbanked adalah istilah di mana individu yang sudah cukup umur atau produktif, tetapi tidak memiliki rekening bank. Individu ini lebih suka menggunakan transaksi dalam bentuk cash.

Sedangkan underbanked adalah golongan individu yang sudah mempunyai rekening bank tetapi masih belum bisa mengakses produk keuangan seperti kartu kredit, KTA, dan lain-lainnya.

Selain positif di sektor perbankan, sektor komoditas juga mampu mendorong daya tarik investor asing untuk memburu pasar saham RI, karena kenaikan beberapa komoditas menjadi keuntungan sendiri bagi Indonesia.

Adapun komoditas tersebut yakni batu bara, nikel, dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

"Harga komoditas yang kuat juga bermanfaat bagi pendapatan ekspor di Indonesia serta neraca perdagangan negara, dan itu ditetapkan untuk mendukung rupiah Indonesia serta prospek pertumbuhan jangka pendek di Indonesia," kata Loh.

Harga komoditas global diibaratkan seperti 'roller coaster', karena sejak perang di Ukraina pecah, harga beberapa komoditas seperti minyak mentah, gandum, dan jagung pun mengalami kenaikan yang cukup tinggi, karena adanya peningkatan permintaan.

7. OJK: Penghimpunan Dana dari Pasar Modal Capai Rp 47,6 T

Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Maret 2022 mencatat sektor jasa keuangan tetap stabil dan bertumbuh seiring peningkatan fungsi intermediasi di sektor perbankan dan Industri Keuangan Non Bank serta menguatnya pasar modal.

OJK mengatakan hal tersebut didorong kerja pengaturan dan pengawasan yang solid, serta terkendalinya pandemi sehingga meningkatkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.

Bahkan IHSG telah menguat 1,6% mtd dan mencatatkan all time high pada level 7.049,68 (24/3/2022).

Hingga 29 Maret 2022, penghimpunan dana di pasar modal melalui Penawaran Umum Saham, Obligasi, dan Sukuk telah mencapai nilai Rp 47,6 triliun dengan penambahan 15 emiten baru.

"Hal ini menunjukkan optimisme investor domestik maupun global atas perekonomian domestik yang terus pulih," ungkap data OJK, Senin (4/4/2022).

Secara rinci, penghimpunan dana di pasar modal pada Januari 2022 mencapai Rp 5,7 triliun, naik menjadi Rp 28,33 triliun pada Februari 2022, dan mencapai Rp 47,6 triliun pada Maret 2022.

Di sisi lain, NAB Reksa Dana mencapai Rp 573,11 triliun pada Januari, turun menjadi Rp 569,3 triliun pada Februari, dan naik kembali pada Maret mencapai Rp 573,2 triliun.

Adapun jumlah emiten baru pada Januari hanya enam emiten saja, menjadi 12 pada Februari, dan hingga akhir Maret mencapai 15 emiten baru.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular