
Goldman Sach & JPMorgan Sebut RI No 1 untuk Investasi Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis geopolitik antara Rusia dengan Ukraina beserta Negara Barat membuat pasar saham global ikut terdampak dari krisis tersebut.
Namun, dampak dari krisis geopolitik tak terlalu besar bagi pasar saham di kawasan Asia Tenggara, di mana pasar keuangan kawasan ini cenderung menawarkan keamanan yang relatif lebih besar bagi investor.
Saat kuartal I-2022 berakhir dan kini memasuki kuartal II-2022, CNBC bertanya kepada analis dari bank investasi Amerika Serikat (AS), yakni Goldman Sachs dan JPMorgan Asset Management tentang bagaimana pasar saham Asia Tenggara merespons dampak dari krisis geopolitik yang masih terjadi hingga kini.
"Meski dinilai relatif lebih aman, sejatinya pasar saham Asia Tenggara masih seperti 'dianaktirikan' oleh investor global dalam satu dekade terakhir," kata Timothy Moe, kepala strategi ekuitas Asia Pasifik Goldman Sachs, dikutip dari CNBC International.
Setidaknya dari tiga pasar keuangan di Asia Tenggara, Indonesia menjadi pilihan teratas dari Goldman Sachs dan JPMorgan Asset Management.
Berikut tiga pilihan pasar saham Asia Tenggara dari Goldman Sachs dan JPMorgan Asset Management yang cukup menarik bagi mereka.
1. Indonesia Dengan Sektor Perbankan dan Komoditas
Menurut Desmond Loh, seorang manajer portofolio di JPMorgan Asset Management, sektor yang menarik bagi pasar saham Indonesia adalah sektor perbankan, karena ia menilai bahwa penduduk Indonesia masih cenderung minim literasi akan produk perbankan.
"Di Indonesia, secara struktural kami positif terhadap perbankan karena mayoritas penduduk masih unbanked atau underbanked. Kami saat ini diposisikan di sektor swasta terkemuka dan juga bank-bank milik negara karena mereka telah secara proaktif mendorong adopsi digital untuk mempercepat penetrasi keuangan," kata Loh, dilansir dari CNBC International.
Unbanked adalah istilah di mana individu yang sudah cukup umur atau produktif, tetapi tidak memiliki rekening bank. Individu ini lebih suka menggunakan transaksi dalam bentuk cash.
Sedangkan underbanked adalah golongan individu yang sudah mempunyai rekening bank tetapi masih belum bisa mengakses produk keuangan seperti kartu kredit, KTA, dan lain-lainnya.
Selain positif di sektor perbankan, sektor komoditas juga mampu mendorong daya tarik investor asing untuk memburu pasar saham RI, karena kenaikan beberapa komoditas menjadi keuntungan sendiri bagi Indonesia.
Adapun komoditas tersebut yakni batu bara, nikel, dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
"Harga komoditas yang kuat juga bermanfaat bagi pendapatan ekspor di Indonesia serta neraca perdagangan negara, dan itu ditetapkan untuk mendukung rupiah Indonesia serta prospek pertumbuhan jangka pendek di Indonesia," kata Loh.
Harga komoditas global diibaratkan seperti 'roller coaster', karena sejak perang di Ukraina pecah, harga beberapa komoditas seperti minyak mentah, gandum, dan jagung pun mengalami kenaikan yang cukup tinggi, karena adanya peningkatan permintaan.
2. Vietnam dan Singapura
Selain Indonesia, JPMorgan juga menyukai pasar saham Vietnam, yang disebutnya sebagai "pemain bintang dalam beberapa tahun terakhir" dalam ketahanan dan pertumbuhan ekonomi.
Vietnam adalah salah satu negara yang ekonominya cenderung bertahan di tengah gempuran pandemi virus corona (Covid-19). Disaat ekonomi global berjatuhan, tetapi Vietnam mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya.
"Untuk memanfaatkan pertumbuhan, kami diposisikan di proxy konsumen dan bank berkualitas tinggi," katanya, tanpa menyebut saham tertentu.
Setelah JPMorgan memilih Indonesia dan Vietnam, Goldman Sachs lebih memilih Singapura sebagai pilihan utamanya.
