Goldman Sach & JPMorgan Sebut RI No 1 untuk Investasi Saham

chd, CNBC Indonesia
04 April 2022 15:30
Bursa Singapura (REUTERS)
Foto: Bursa Singapura (REUTERS)

Namun terlepas dari itu, ada alasan mengapa dua bank investasi AS menyukai pasar saham Indonesia dan Singapura.

Pertama, Indonesia dan Singapura dapat memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi global dari wilayah yang terlambat pulih dari membaiknya pandemi Covid-19.

Kedua, sektor perbankan Indonesia dan Singapura cenderung mampu pulih dengan cepat setelah sempat terdampak dari pandemi Covid-19, di mana sektor perbankan di Indonesia dan Singapura akan mendapat manfaat dari potensi pengetatan kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga bank sentral AS.

Ketiga yakni terus bermunculannya perusahaan ekonomi digital yang masuk ke dalam bursa saham Indonesia dan Singapura.

Dari pergerakannya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah melonjak hingga lebih dari 7% sepanjang tahun ini, sedangkan indeks VN Vietnam melesat sekitar 1% pada periode yang sama. Sementara untuk Indeks Straits Times Singapura telah melompat hingga 9% sepanjang tahun ini.

Asia Tenggara lebih 'netral' terhadap krisis geopolitik

Menurut Loh, Asia Tenggara relatif 'netral' dari meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa, karena Rusia dan Ukraina menyumbang kurang dari 1% dari ekspor regional.

"Eskalasi risiko geopolitik menjadikan penarik jangka pendek bagi harga komoditas untuk menopang kekuatan pasar eksportir komoditas ASEAN," kata Loh.

 

Tidak ada 'eksodus arus keluar' yang diharapkan

Investor global telah memposisikan ulang dalam beberapa minggu terakhir untuk mengantisipasi langkah yang lebih agresif ke depan oleh pengetatan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), tetapi para analis memperkirakan dampaknya di Asia Tenggara relatif lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

"Kami tidak mengharapkan eksodus arus keluar [dari ASEAN] seperti yang kita lihat dalam taper tantrum terakhir," kata Loh, sembari menjelaskan bahwa neraca di Asia Tenggara umumnya jauh lebih sehat dibandingkan dengan satu dekade lalu.

Sebagian besar bank sentral Asia Tenggara, kecuali Singapura, belum memperketat kebijakan moneternya. Hal ini karena inflasi di masing-masing negarai di Asia Tenggara masih belum terlalu parah dengan mayoritas negara-negara maju, umumnya Negara Barat.

"Ekonomi Asia Tenggara saat ini juga lebih tangguh dibandingkan periode sebelumnya," kata Moe.

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular