Aktivitas Pabrik China Melambat, Harga Tembaga Melemah

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
31 March 2022 12:35
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia turun pada perdagangan siang hari ini terpukul oleh kekhawatiran menurunnya permintaan dari konsumen utama, China.

Pada Kamis (31/3/2022) pukul 11.20 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.321,5/ton, melemah 0,44% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Aktivitas manufaktur dan jasa di China mengalami kontraksi pada bulan Maret karena ekonomi menghadapi tekanan dari kontrol penyebaran Covid-19 yang ketat. Ini merupakan pertama kalinya terjadi kontraksi sejak Februari 2020.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur China pada bulan Maret turun menjadi 49,5 dari 50,2 di Februari. Sementara PMI jasa turun ke 48,4 dari 51,6, kata Biro Statistik Nasional (NBS).

Ke depan, aktivitas manufaktur dan jasa berisiko melambat tajam karena kebijakan 0 Covid-19 yang dianut China membuat pihak berwenang membatasi produksi dan mobilitas di banyak kota. Termasuk Shanghai dan Shenzhen.

"Baru-baru ini, kelompok wabah epidemi telah terjadi di banyak tempat di China, dan ditambah dengan peningkatan yang signifikan dalam ketidakstabilan geopolitik global, produksi dan operasi perusahaan China telah terpengaruh," kata Zhao Qinghe, ahli statistik senior NBS.

Para pelaku pasar khawatir aktivitas PMI yang melemah akan berdampak terhadap permintaan logam China, termasuk tembaga. Maklum, China adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi dunia, melansir data Statista. Sehingga permintaan dari China yang turun bisa memberi pengaruh negatif terhadap harga tembaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular