
Analis Stone X Sebut Dolar Australia Beri Peluang Cuan Jumbo!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Australia turun tipis-tipis melawan rupiah dalam dua hari terakhir plus pada perdagangan Selasa (29/3/2022). Meski demikian, analis senior dari Stone X, Tony Sycamore mengatakan dolar Australia memberikan peluang yang besar untuk mendapat cuan.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 10:06 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.753/AU$, melemah tipis dan hampir stagnan. Kemarin dolar Australia melemah 0,17% tetapi sebelum melemah sempat melesat ke Rp 10.827/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak 15 Juli 2021.
Dalam dua pekan, dolar Australia sudah melesat sekitar 5% melawan rupiah, sebelum mengalami koreksi tersebut.
Sycamore mengatakan dolar Australia secara tradisional akan bergerak mengikuti sentimen terhadap risiko pelaku pasar, termasuk pergerakan bursa saham. Ketika bursa saham menguat, maka dolar Australia cenderung mengekor. Namun, Sycamore mengatakan sentimen pelaku pasar saat ini tidak berpengaruh signifikan sebab harga komoditas sedang tinggi-tingginya.
"Perdagangan Australia kini berada di level tertinggi sejak krisis finansial global. Saat itu, perdagangan Australia mencapai level tertinggi akibat stimulus moneter dan fiskal China, banyak uang yang masuk ke Australia. Kebijakan fiskal China membuat permintaan komoditas meningkat, membuat dolar Australia menguat secara dramatis melawan dolar AS di AU$ 1,1081/US$ pada Juli 2011," kata Sycamore, sebagaimana dilansir The Edge Singapore, Selasa (29/3/2022).
Saat ini, dolar Australia melawan dolar AS berada di kisaran AU$ 0,7485/US$.
"Dalam jangka panjang, saya melihat dolar Australia akan melewati AU$ 0,77/US$. Namun, secara garis besar dolar Australia masih relatif murah dibandingkan dengan harga komoditas. Jadi saya percaya masih ada peluang kenaikan yang bagus," kata Sycamore.
Sebelum Stonne X, analis dari Commonwealth Bank of Australia (CBA), Kim Mundy juga menyebut tingginya harga komoditas membuat dolar Australia dikatakan sangat undervalue melawan dolar AS.
Pada awal Februari lalu Mundy mengatakan berdasarkan kalkulasi dari indeks harga komoditas RBA dan perbedaan suku bunga relatif di Australia dan Amerika Serikat.
Mundy menyebut fair value berada di kisaran US$ 0,86.
"Estimasi kami fair value dolar Australia berada di kisaran 86 sen AS," kata Mundy sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (4/2).
Dengan demikian, dolar Australia seharusnya bisa menguat sekitar 15% lagi. CBA sendiri memprediksi dolar Australia akan berada di kisaran US$ 0,80 (80 sen) di akhir tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
