Sinyal Damai Rusia - Ukraina Bikin Rupiah Menguat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 March 2022 09:13
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (29/3/2022). Awal pekan kemarin rupiah melemah sekaligus mengakhiri penguatan 3 hari beruntun. Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham Asia yang menghijau hari ini. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,01% ke Rp 14.360/US$. Setelahnya apresiasi rupiah bertambah menjadi 0,05% ke Rp 14.355/US$ dan bertahan di level tersebut hingga pukul 9:10 WIB. 

Penguatan rupiah di awal perdagangan hari ini mengikuti pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Senin kemarin. 

PeriodeKurs Senin (28/3) pukul 15:03 WIBKurs Selasa (29/3) pukul 8:56 WIB
1 PekanRp14.365,5Rp14.352,5
1 BulanRp14.362,0Rp14.347,9
2 BulanRp14.397,5Rp14.379,5
3 BulanRp14.386,4Rp14.397,5
6 BulanRp14.491,5Rp14.471,0
9 BulanRp14.580,2Rp14.561,0
1 TahunRp14.674,5Rp14.627,7
2 TahunRp15.083,0Rp15.029,8

Sentimen pelaku membaik merespon peluang Rusia dan Ukraina akan damai setelah berperang satu bulan lebih. Mengutip CNBC International, Wali Kota Slavutich mengatakan pasukan Rusia telah meninggalkan kota setelah melakukan sejumlah survei. Slavutich adalah tempat bekas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang sudah beberapa minggu diduduki tentara Negeri Beruang Merah.

"Mereka menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka lakukan," kata Wali Kota Yuri Fomichev dalam sebuah unggahan video kantor berita setempat.

"Mereka mensurvei kota. Hari ini mereka selesai melakukannya dan meninggalkan kota. Tidak ada (tentara Rusia) di kota sekarang. "

Hal sama juga dikatakan angkatan bersenjata Ukraina di Kyiv. Beberapa pasukan Rusia telah ditarik dari wilayah itu ke negara tetangga, Belarusia.

"Penarikan unit individu dari komposisi Distrik Militer Timur (Rusia) berlanjut," kata angkatan bersenjata Ukraina dalam pembaruan Facebook.

Meski demikian, munculnya sinyal resesi di Amerika Serikat cukup memberikan tekanan kepada rupiah.

"Hantu" resesi kembali menggentayangi perekonomian global setelah terjadi inversi yield obligasi Amerika Serikat.

Inversi yield obligasi terjadi ketika yield tenor jangka pendek lebih tinggi ketimbang tenor jangka panjang.

Inversi terjadi saat ini terjadi pada yield tenor 5 tahun yang sebesar 2,563% sementara tenor 30 tahun berada di 2,55%. Dua tenor ini terakhir kali mengalami inversi pada 2006, dan setelahnya terjadi krisis finansial global.

Sementara yield obligasi tenor 2 tahun berada di kisaran 2,336% dan tenor 10 tahun di 2,466%, atau selisihnya hanya 0,13% saja, dan bisa sewaktu-waktu mengalami inversi juga.

Inversi yield di Amerika Serikat menjadi pertanda buruk. Sebab, berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Inversi yield Treasury terakhir kali terjadi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular