Tembus Rp 10.800, Dolar Australia Beri Cuan 5% Dalam 2 Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 March 2022 11:25
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menunjukkan kinerja impresif melawan rupiah dalam dua pekan terakhir. Pada perdagangan Senin (28/3/2022) sudah mencapai level tertinggi sejak Juli 2021.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini menyentuh Rp 10.800/AU$ atau menguat 0,26% di pasar spot. Dalam dua pekan terakhir atau 10 hari perdagangan dolar Australia melesat nyaris 5%.

Penguatan dolar Australia tidak lepas dari ekspektasi pasar yang melihat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) berpeluang menaikkan suku bunga di bulan Juni. Hal ini tidak lepas dari data tenaga kerja yang terus membaik, serta inflasi yang sudah mencapai target.

Biro Statistik Australia dua pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 4% di bulan Februari, yang merupakan level terendah dalam lebih dari 13 tahun terakhir.
Sepanjang bulan lalu, perekonomian Australia juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 77.400 orang, jauh lebih tinggi dari bulan Januari 28.300 orang.

Kemudian akhir Januari lalu inflasi di kuartal IV-2021 dilaporkan tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021. Inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014.

Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3.

Selain itu, dolar Australia merupakan commodity currency, dengan tingginya harga komoditas saat ini nilainya juga menjadi ikut terangkat.

Tingginya harga komoditas membuat dolar Australia dikatakan sangat undervalue melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Analis dari Commonwealth Bank of Australia (CBA), Kim Mundy pada awal Februari lalu melihat berdasarkan kalkulasi dari indeks harga komoditas RBA dan perbedaan suku bunga relatif di Australia dan Amerika Serikat.

Saat ini dolar Australia berada di kisaran US$ 0,75, sementara Mundy menyebut fair value berada di kisaran US$ 0,86.

"Estimasi kami fair value dolar Australia berada di kisaran 86 sen AS," kata Mundy sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (4/2).

Dengan demikian, dolar Australia seharusnya bisa menguat sekitar 15% lagi.

CBA sendiri memprediksi dolar Australia akan berada di kisaran US$ 0,80 (80 sen) di akhir tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular