Dolar AS Lesu, Rupiah Bisa Ngegas Nih...
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat tipis lalu stagnan di perdagangan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (25/3/2022), di mana mayoritas mata uang di Asia menguat terhadap dolar AS.
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan menguat sebanyak 0,1% di Rp 14.330/US$. Rupiah sempat terpangkas penguatannya ke Rp 14.340/US dan stagnan hingga pukul 11:00 WIB.
Wajar saja, Mata Uang Tanah Air hari ini dapat menguat karena dolar AS memang sedang melemah di pasar spot, terpantau terkoreksi 0,23% ke level 98,557 terhadap 6 mata uang dunia.
Di Asia, mayoritas mata uang menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menjadi pemimpin penguatan sebanyak 0,60% terhadap dolar AS, disusul oleh dolar Taiwan dan rupee India.
Kemarin, Departemen Tenaga Kerja melaporkan jumlah masyarakat AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah sejak 1969, sementara itu angka pengangguran terus menyusut. Hal tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja kian menguat.
Terpantau, klaim tunjangan pengangguran turun 28.000 ke 187.000 pekan lalu. Analis Reuters memprediksikan klaim pengangguran pekan depan sekitar 212.000 klaim.
Namun, pasar tenaga kerja yang kuat akan menekan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya setengah poin persentase pada pertemuan berikutnya di bulan Mei.
Menurut Analis Moodys Analytics Pennsylvania Ryan Sweet bahwa jika angka klaim di bawah 200.000 klaim untuk jangka waktu tertentu, akan meningkatkan kesiagaan The Fed.
Sementara itu, sebanyak 11,3 juta lowongan pekerjaan pada akhir Januari 2022 dan tingkat pengangguran turun ke level terendah selama dua tahun di 3,8% pada Februari.
Ketidaksejajaran antara permintaan akan tenaga kerja dan penawaran kerja akan mendorong meningkatnya upah. Meningkatnya upah akan menyebabkan perusahaan untuk ikut menaikkan harga barang atau jasa.
Tingkat inflasi biasanya dinilai melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) yang didasarkan atas survei biaya hidup meliputi bahan makanan, energi, sandang, dan lain-lain. Gampangnya, jika harga barang dan jasa meningkat, maka otomatis tingkat inflasi akan ikut terkerek naik.
Sentimen pasar dunia tampaknya berangsur pulih, terpantau dari investor asing yang melakukan net buy ke bursa saham Indonesia pada hari ini senilai 338,17 miliar. Bahkan sepanjang tahun investor asing telah melakukan net buy senilai 46,40 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)