
Break High! Kurs Dolar Australia Nyaris Tembus Rp 10.800

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju kenaikan dolar Australia melawan rupiah masih belum terbendung sekaligus menegaskan pergerakan bak roller coaster di bulan ini. Mata uang negeri Kanguru ini nyaris menembus Rp 10,800/AU$ yang merupakan level tertinggi dalam 8 bulan terakhir.
Pada Selasa (7/3) dolar Australia sempat menyentuh Rp 10.700/US$ yang merupakan level tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Tetapi sepekan kemudian jeblok hingga ke kisaran Rp 10.260/AU$.
Setelah mencapai level tersebut dolar Australia terus ngegas, dalam 8 hari perdagangan mampu menguat sebanyak 7 kali, menembus Rp 10.700/AU$ dengan total persentase lebih dari 4,6%.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (25/3) dolar Australia menguat lagi 0,13% ke kisaran Rp 10.789/AU$.
Salah satu pemicu pergerakan bak roller coaster tersebut adalah jebloknya harga batu bara sebelum kembali menguat belakangan ini.
Senin 7 Maret, sempat melesat menyentuh US$ 487/ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, sebelum berbalik turun dan terus merosot hingga menyentuh US$ 220/ton pada Selasa pekan ini. Semenjak saat itu, harga batu bara kembali naik dalam 3 hari beruntun.
Sebagai eksportir terbesar kedua setelah Indonesia, lonjakan harga batu bara tersebut tentunya akan meningkatkan pendapatan Australia.Sehingga pergerakan harganya cukup mempengaruhi dolar Australia.
Selain itu, dolar Australia juga mendapat sentimen positif dari dalam negeri. Data tenaga kerja yang kuat serta inflasi yang mencapai target membuat pasar melihat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) berpeluang menaikkan suku bunga di bulan Juni.
Biro Statistik Australia pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 4% di bulan Februari, yang merupakan level terendah dalam lebih dari 13 tahun terakhir.
Sepanjang bulan lalu, perekonomian Australia juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 77.400 orang, jauh lebih tinggi dari bulan Januari 28.300 orang.
Kemudian akhir Januari lalu inflasi di kuartal IV-2021 dilaporkan tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014.
Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
Berkat faktor-faktor tersebut, dolar Australia menjadi mata uang terbaik di antara negara G10, khususnya sejak perang Rusia - Ukraina meletus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
