
Gegara Inflasi Inti, Kurs Dolar Singapura Turun Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura mencatat penguatan 5 hari beruntun melawan rupiah sepanjang pekan lalu, tetapi di minggu ini mengalami fluktuasi. Senin lalu, kurs dolar Singapura turun, kemudian berbalik menguat kemarin dan pada perdagangan Rabu (23/3/2022) turun lagi.
Pada pukul 12:10 WIB, dolar Singapura ditransaksikan di kisaran Rp 10.565/SG$, melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pelemahan tersebut terjadi setelah melambatnya inflasi inti di Singapura. Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) hari ini melaporkan sementara inflasi secara keseluruhan tumbuh 4,3% (yoy) di bulan Februari dari bulan sebelumnya 4%, dan lebih tinggi dari prediksi analis 4,2%. Inflasi di bulan Februari tersebut menjadi yang tertinggi dalam 9 tahun terakhir.
Sementara inflasi inti tumbuh 2,2% year-on-year (yoy), lebih rendah dari Januari,4% dan mematahkan prediksi analis kenaikan menjadi 2,6%.
MAS di bulan depan diperkirakan akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya setelah melakukannya di bulan Oktober 2021 lalu dan di awal tahun ini. Tetapi, dengan inflasi inti yang melambat, prediksi tersebut kini mulai meredup yang membuat dolar Singapura tertekan.
MAS dan MIT juga memprediksi secara global inflasi akan mulai melambat di semester II-2022.
"Inflasi global masih akan tinggi beberapa waktu ke depan sebelum mulai melambat di semester II-2022," tulis pernyataan bersama MAS dan MIT, sebagaimana dilansir Business Times.
Untuk tahun ini, MAS dan MIT masih mempertahankan proyeksi inflasi inti berada di kisaran 2% - 3% dan inflasi keseluruhan 2,5% hingga 3,5%.
Sementara itu rupiah pada hari ini mendapat sentimen positif dari membaiknya sentimen pelaku pasar yang terlihat dari dari penguatan bursa saham Eropa dan AS (Wall Street) kemarin malam. Penguatan tersebut menjalar ke Benua Kuning, bursa saham utama Asia langsung melesat pagi ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sempat menghijau, sebelum berbalik ke zona merah akibat profit taking. Tetapi, investor asing masih melalukan aksi beli bersih senilai Rp 183 miliar di pasar reguler, ditambah pasar tunai dan nego totalnya menjadi Rp 213 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal
