Wadaw! Kurs Dolar Singapura Naik 5 Hari Beruntun Ada Apa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 March 2022 11:05
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura membalikkan keadaan melawan rupiah di pekan ini. Selasa lalu, mata uang Negeri Merlion ini sempat menyentuh kisaran Rp 10.450/SG$, yang menjadi level terendah sejak 24 Desember. Tetapi setelahnya berbalik mencatat penguatan tipis.

Dolar Singapura pun bergerak liar melemah kemudian berbalik menguat dan mengakhiri perdagangan di zona hijau dalam beberapa hari terakhir. Alhasil, dolar Singapura kini menuju penguatan 5 hari beruntun.

Pada perdagangan Jumat (18/3) pada pukul 10:17 WIB dolar Singapura ditransaksikan di kisaran Rp 10.572/SG$, menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan ini hingga ke level tersebut dolar Singapura menguat nyaris 1%.

Dolar Singapura mampu melanjutkan penguatan tak lepas dari sikap Bank Indonesia (BI) saat mengumumkan kebijakan moneter Kamis kemarin. Sesuai prediksi pasar, BI masih mempertahankan suku bunganya.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Kamis (17/3/2022).

Perry sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.

"Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya," kata Perry.

Dengan sikap tersebut, artinya BI menutup peluang kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, mengingat inflasi inti di Indonesia sebesar 2,06%, berada di batas bawah target BI 3% plus minus 1%.

Di sisi lain, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) berpeluang mengetatkan kebijakan moneternya bulan depan.

Pada Selasa (25/1) MAS mengejutkan pasar dengan menaikkan sedikit slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).

Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan slope S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.

Meski sudah mengetatkan lagi kebijakan moneternya dan lebih cepat dari ekspektasi analis, MAS diperkirakan kembali akan melakukannya di bulan April, sebab pengetatan yang dilakukan pada Januari lalu dikatakan "sedikit". Apalagi MAS kemarin mengatakan masih ada risiko inflasi akan kembali menanjak.

Sebelumnya, 12 analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan MAS akan mengetatkan kebijakan moneternya pada bulan April.

"Jika MAS mengumumkan kebijakan yang lebih agresif hari ini, maka ekspektasi pengetatan moneter di bulan April bisa diabaikan," kata Selena Ling, kepala riset dan strategi treasury OCBC, sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa (25/1).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Singapura Liar Pekan Ini, Efek Pengetatan Moneter?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular