Ukraina Dilanda Perang, RI Terancam 'Kiamat' Roti dan Mie?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina berdampak pada persaingan antar negara dalam mencari sumber baru pemasok gandum. Selama ini, Rusia dan Ukraina memasok 28% dari total pasar ekspor gandum dunia.
Konflik kedua negara jelas membuat banyak negara pengimpor seperti Indonesia harus mencari pemasok lain. Menurut hitungan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), perang diperkirakan membuat ekspor gandum Ukraina turun 4 juta ton menjadi 20 juta ton sementara Rusia berkurang 3 juta ton menjadi 32 juta ton.
Ukraina menjadi salah satu pemasok gandum utama bagi Indonesia. Produk Ukraina yang banyak didatangkan di Indonesia pada 2021 adalah serealia, yang mencakup gandum, dengan nilai US$ 946,5 juta. Diikuti oleh besi dan baja (US$ 53,3 juta) serta mesin dan peralatan mekanis (US$ 10,9 juta).
Untuk Januari-Februari 2022, komposisinya masih sama. Serealia masih dominan dengan nilai impor US$ 15,7 juta. Kemudian ada besi dan baja (US$ 15 juta) serta mesin dan peralatan mekanis (US$ 0,2 juta).
Khusus serealia, Ukraina adalah salah satu pemasok terbesar di Indonesia. Tahun lalu, serealia dari Ukraina menyumbang 23,23% dari total nilai impor komoditas tersebut. Nomor dua, hanya kalah dari Australia.
"Kalau impor serealia dari Ukraina ini terganggu maka kita bisa meningkatkan kuota impor dari negara lain supaya suplai domestik tetap terjaga sehingga ekonomi Indonesia masih bisa terus berjalan," tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).
Putera Satria Sambijantoro, analis Bahana Sekuritas, mengatakan Indonesia bisa saja mencari pasar impor lain untuk gandum seperti Kanada. Namun, gandum dari Ukraina memiliki banyak keunggulan.
"Bagi produsen mie instan dan roti, gandum Rusia dan Ukraina jauh lebih murah," tuturnya kepada CNBC Indonesia.
Tidak hanya Indonesia yang tengah mencari pemasok gandum pengganti Rusia dan Ukraina. Negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara juga tengah mencari pemasok baru.
Terkait hal tersebut, International Food Policy Research Institute (IFPRI) mengingatkan tidak mudah mencari negara pengganti Rusia dan Ukraina. Pasalnya produksi gandum tidak bisa ditingkatkan dalam waktu singkat.
Mesir merupakan salah satu negara yang menghadapi persoalan besar karena berkurangnya pasokan gandum Rusia dan Ukraina. Negara tersebut memberikan program subsidi roti yang bisa bengkak karena meroketnya harga gandum.
"Sangat sulit untuk menaikkan pasokan gandum global dalam waktu singkat. Rusia dan Ukraina tidak bisa digantikan dalam satu malam," tulis IFPRI.
Eropa dan Amerika Serikat biasanya akan menanam gandum di musim dingin sehingga peningkatan produksi sudah tidak terkejar sekarang. Sementara itu, Australia dan Argentina biasanya sudah melakukan pengiriman besar di musim gugur dan awal musim dingin.
Produsen lainnya seperti Kanada dan Kazakhstan memang baru akan menanam musim semi nanti. Namun, harga gandum kedua negara bisa melonjak karena mahalnya pengiriman akibat kenaikan harga minyak mentah dunia.
Harga gandum sendiri sudah naik 39% dalam sebulan ke level US$ 11,2/bushels atau sekitar Rp 304.000/kg pada minggu ketiga Maret.
(mae/mae)