Neraca Dagang Surplus 22 Bulan Beruntun, Rupiah Menguat Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 March 2022 15:23
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Dari luar negeri, perang Rusia dan Ukraina masih menjadi perhatian utama. Kedua negara kembali melakukan pertemuan pada Senin waktu setempat.

Dalam diskusi itu, seorang pejabat Rusia mengatakan sudah ada progres yang signifikan didapat kedua belah pihak. Meski begitu, ia tidak menjabarkan secara pasti apa yang dimaksudkan progres signifikan itu.

"Pihak Rusia melihat kemajuan yang signifikan (dalam perundingan itu)," ujar anggota senior tim perunding Rusia, Leonid Slutsky, kepada jaringan televisi pemerintah RT.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pihaknya masih melakukan negosiasi dengan pihak Rusia terkait pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menyebut pertemuan itu sangat menjadi penentu hubungan dua negara.

Perhatian juga tertuju pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Suku bunga pasti akan dinaikkan setidaknya 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%.

Tetapi dalam pengumuman kebijakan moneter kali ini The Fed juga akan memberikan proyeksi terbaru mengenai inflasi hingga pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bank sentral paling powerful di dunia ini juga akan merilis dot plot yang akan menjadi perhatian utama pelaku pasar.

Dot plot bisa memberikan gambaran seberapa agresif The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun ini dan dua tahun ke depan.

"Kenaikan 25 basis poin sudah pasti. Yang penting saat ini adalah apa yang terjadi setelahnya. Banyak yang bisa terjadi dari saat ini hingga akhir tahun nanti. Ketidakpastian sangat tinggi," kata Simona Mocuta, kepala ekonomi di State Street Global Advisor, sebagaimana diwartakan CNBC International, Senin (14/3).

Di sisi lain China yang kembali menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang cukup membebani sentimen pelaku pasar.

China saat ini kembali menghadapi serangan virus corona. Bahkan dalam update terbaru Selasa (15/3/2022), China mencatat 5.280 kasus infeksi baru.

Ini merupakan rekor tertinggi dalam dua tahun, sebagaimana dimuat Economic Times, mengutip Komisi Kesehatan Nasional (NHC).

Dengan kebijakan zero Covid, sehingga meski penambahan kasusnya tidak sebanyak negara lainnya, pemerintah China tetap melakukan lockdown.

Mengutip Reuters, kenaikan kasus terbesar disumbang Provinsi Jilin. Ibu kota Changcun juga sudah dikunci.

"Peningkatan itu menunjukkan bahwa beberapa daerah setempat, menghadapi peningkatan epidemi yang cepat, tidak memiliki kapasitas untuk memperluas sumber daya medis, yang mengakibatkan terbatasnya kasus infeksi diterima di fasilitas terpusat dalam waktu singkat," kata seorang pejabat provinsi Jilin dalam jumpa pers, dikutip Senin.

Secara total, kini China sudah mengkarantina 10 kota, dan masih mungkin akan bertambah lagi, sebab 3.000 dari total kasus yang baru merupakan transmisi lokal.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular