
Rusia Kena Azab, Terancam Gagal Bayar Utang Akibat Perang

Dampak perang tidak akan selesai sampai di situ - gagal bayar dan hancurnya bursa saham. Bank sentral Rusia dijadwalkan bertemu pada hari Jumat setelah menaikkan suku bunga lebih dari dua kali lipat menjadi 20% dan menerapkan kontrol yang luas akan valuta asing untuk mencegah krisis keuangan besar-besaran.
Bank investasi Barat seperti JPMorgan sekarang memperkirakan ekonomi negara pimpinan Vladimir Putin ini akan jatuh 7% tahun ini karena kombinasi kekhawatiran akan penarikan dana besar-besaran (bank run), dampak negatif sanksi ekonomi dan lonjakan inflasi instan yang disebabkan oleh pelemahan rubel hingga 40%.
![]() Pelemahan Rubel |
Sebelum memutuskan untuk menyerang Ukraina, ekonomi Rusia diprediksi tumbuh 3% di awal tahun. Ini juga berarti penurunan peak-to-trough (PTR) sekitar 12%, yang akan lebih besar dari penurunan 10% dalam krisis rubel 1998, koreksi 11% selama krisis keuangan global dan kontraksi 9% dari pandemi COVID-19 .
"[Bank sentral Rusia] mungkin akan menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh, itu akan menjadi asumsi paling aman saat ini," kata Arthur Budaghyan, kepala strategi pasar berkembang di BCA Research, lembaga yang berbasis di Kanada.
Namun, langkah yang lebih penting saat ini adalah pengetatan kebijakan terkait pengendalian modal lebih lanjut untuk menjaga sistem keuangan tetap tertutup dan aman.
"Memastikan bank dapat berfungsi, tetap dapat memproses pembayaran dan menjaga kredit mengalir ke perekonomian sehingga setidaknya dapat berfungsi dalam beberapa kapasitas jauh lebih penting," kata Budaghyan.
(fsd)[Gambas:Video CNBC]
