
Emiten Ini Dapat Berkah CPO, Baru Listing Terus ARA 2 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten debutan yang bergerak di bisnis perkebunan kelapa sawit, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA), kembali menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 25% pada hari kedua di bursa, Jumat (11/3/2022).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 13.54 WIB, harga saham STAA melesat 24,67% ke Rp 935/unit, dengan nilai transaksi jumbo Rp 118,50 miliar dan volume perdagangan 138,32 juta saham.
Pada Kamis kemarin (10/3), saat debut perdana di BEI, harga saham STAA juga ditutup menyentuh batas ARA 25,00%.
Sebagai informasi, kapitalisasi pasar saham STAA mencapai Rp 10,19 triliun hari ini.
Untuk diketahui, STAA merupakan perusahaan tercatat ke-11 yang tercatat di BEI pada tahun 2022.
STAA merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan dan pengelolaan kelapa sawit, baik secara langsung dan/atau melalui Perusahaan Anak. Grup Perseroan telah bergelut dalam bisnis perkebunan dan pengelolaan produk kelapa sawit semenjak tahun 1970.
STAA melepas sebanyak 903.372.600 saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau sebanyak 8,29% dari modal ditempatkan atau disetor penuh, dengan harga penawaran (IPO) sebesar Rp 600 per saham.
Dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, Perseroan mengantongi dana segar sebesar Rp 542.023.560.000 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 6,54 triliun.
Direktur Utama STAA, Mosfly Ang mengatakan, IPO ini menjadi momen penting dan bersejarah bagi Perseroan yang menempatkannya sebagai perusahaan publik. Mosfly menambahkan bahwa dengan tercatatnya STAA sebagai perusahaan publik, hal ini membuka banyak peluang terhadap STAA ke depannya.
"Melalui IPO ini, menjadikan STAA memiliki akses pendanaan yang lebih luas dan jejaring bisnis yang terbuka lebar," ujar Mosfly.
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan per 30 September 2021, STAA mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 685,76 miliar atau tumbuh 141% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 284,55 miliar.
Kinerja laba yang positif tersebut didorong oleh pendapatan perusahaan yang tumbuh 34% menjadi Rp 4,18 triliun dari Rp 3,11 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Asal tahu saja, perusahaan sawit yang berbasis di Medan, Sumatera Utara ini secara grup memiliki 13 lokasi perkebunan kelapa sawit, 9 pabrik kelapa sawit, 1 pabrik kernel crushing, dan 1 pabrik solvent extraction yang berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Emiten CPO Pendatang Baru Ini Meroket 162,7% Pada 2021