
Awal Pekan Meroket, Dolar Australia Kini Malah Melempem

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia masih belum mampu menguat melawan rupiah pada awal perdagangan Jumat (11/3) setelah sempat jeblok lebih dari 1% kemarin. Gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang menyatakan akan besabar dalam menaikkan suku bunga memberikan tekanan bagi mata uangnya.
Pada pukul 9:53 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.489/AU$, melemah 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Di awal pekan ini dolar Australia sebenarnya sempat melesat hingga menyentuh Rp 10.700/AU$, yang merupakan level tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Tetapi setelahnya malah terus merosot.
Dalam pidatonya kemarin, Gubernur RBA Philip Lowe mengatakan kondisi ekonomi Australia masih belum cukup untuk menaikkan suku bunga. Padahal inflasi sudah mencapai target yang membuat pasar finansial memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga di bulan Juni.
Biro Statistik Australia pada akhir Januari lalu melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
"Melihat kondisi ekonomi Australia masih belum cukup tepat untuk menaikkan suku bunga dari rekor terendah 0,1%," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au Rabu (9/3).
Kondisi ekonomi saat ini, khususnya akibat perang Rusia Ukriana dikatakan dipenuhi ketidakpastian sehingga harus dinilai lebih lanjut.
"Dalam situasi yang tidak pasti ini, dan melihat poin awal dari pertumbuhan upah serta inflasi, kami memiliki waktu untuk menilai informasi dari data ekoNomi mendatang dan melihat bagaimana ketidakpastian itu diatasi," kata Lowe.
Kemudian pagi tadi, saat berpidato dalam acara konferensi perbankan, Lowe mengatakan ia tidak merasakan tekanan untuk menaikkan suku bunga meski pasar finansial memprediksi kenaikan dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
