
ECB Bakal "Ketinggalan Kereta", Stagflasi Makin Menghantui

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan mengumumkan kebijakan monternya pada hari ini, Kamis (10/3). Bank sentral pimpinan Christine Lagarde berada dalam situasi yang rumit, sebab inflasi di zona euro terus meroket, sementara perekonomian terancam melambat terimbas perang Rusia - Ukraina.
Di bulan Februari, inflasi zona euro tumbuh 5,8% year-on-year (yoy), menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Ketika inflasi tinggi, kenaikan suku bunga menjadi salah satu penangkalnya, tetapi dengan kondisi saat ini kemungkinan itu tidak akan dilakukan.
Hasil survei yang dilakukan Reuters pada 1 - 4 Maret menunjukkan sebanyak 27 dari 45 ekonom yang disurvei memperkirakan ECB baru akan menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini.
Dengan demikian, ECB bisa "ketinggalan kereta" sebab bank sentral utama lainnya sudah dan akan menaikkan suku bunga. Bank Sentral Inggris sudah 2 kali beruntun menaikkan suku bunga, kemudian bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga pada pekan depan.
The Fed bahkan sudah mengindikasikan akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini. Pasar melihat kenaikan sebesar 100 hingga 125 basis poin pasti terjadi.
Hal tersebut tentunya berisiko membuat kurs euro jeblok. Pada Senin (7/3) nilai tukar euro menyentuh kisaran US$ 1,08, menjadi yang terendah sejak Mei 2020 lalu.
Merosotnya nilai tukar euro tersebut akan memperburuk outflook inflasi di blok 19 negara. Pelemahan nilai tukar mata uang berisiko mengakselerasi inflasi sehingga semakin tinggi lagi.
Alhasil, ditambah dengan perang Rusia Ukraina yang membuat harga energi meroket, zona euro kini menghadapi risiko stagflasi, yakni stagnan dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang tinggi.
"Perang jelas memperbesar risiko stagflasi di zona euro, di mana anda akan melihat pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan inflasi yang lebih tinggi lagi akibat kenaikan harga energi," kata Carsten Brzeski, kepala makroekonomi global di ING, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (7/3).
Pertumbuhan ekonomi zona euro diperkirakan akan mencapai puncaknya hanya 1% di kuartal II-2022, kemudian melambat menjadi 0,8% dan 0,6% dua kuartal berikutnya. Proyeksi tersebut dipangkas dari beberapa pekan lalu sebesar 1,2%, 1% dan 0,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pejabat "Elang" Bank Sentral Eropa Mundur, Euro Jeblok!