Apple Hingga McD Jauhi Rusia, Alasan Moral Atau Finansial?
Jakarta, CNBC Indonesia - McDonald memimpin eksodus baru merek konsumer terbesar negara Barat dari Rusia pada hari Selasa, dengan Coca-Cola, PepsiCo, Starbucks dan Unilever menjadi bagian dari perusahaan yang menghentikan atau mengurangi operasi sebagai tanggapan atas invasi Vladimir Putin ke Ukraina.
McDonald's pertama yang dibuka di Moskow pada Januari 1990 dipandang sebagai salah satu penanda berakhirnya Uni Soviet, dengan lebih dari 30.000 orang mengantre untuk membeli burger.
Namun, pada hari Selasa (8/3), McDonald's mengatakan akan menutup sementara semua 850 restorannya di Rusia dan menangguhkan operasi lain di negara itu. Beberapa jam kemudian, Starbucks mengatakan pemegang lisensi lokal yang mengoperasikan 130 kafenya di Rusia juga akan segera "menghentikan" operasinya.
Yum Brands, yang memiliki lebih dari 1.000 restoran di Rusia, mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya menangguhkan operasi gerai KFC yang dimilikinya dan menyelesaikan rencana untuk menangguhkan operasi Pizza Hut dalam kemitraan dengan pemegang waralaba utama.
Sejak Putin menginvasi Ukraina, eksodus besar-besaran ini telah mebuat 250 perusahaan meninggalkan atau menghentikan operasi di Rusia, menurut Yale School of Management.
Daftar tersebut mencakup raksasa teknologi seperti Apple dan Microsoft, perusahaan energi seperti BP dan Shell, serta serangkaian pembuat mobil.
Penutupan tersebut dapat menyebabkan puluhan ribu orang di Rusia kehilangan pekerjaan dan merupakan visualisasi nyata dari isolasi internasional terhadap ekonomi Rusia setelah tindakannya di Ukraina.
Meski demikian, McDonald's menyebut akan terus membayar karyawannya di Rusia. Kepala eksekutif Starbucks Kevin Johnson mengatakan mereka akan "memberikan dukungan" kepada hampir 2.000 pekerjanya di negara itu, dan Pepsi mengatakan mempertahankan bisnis makanannya akan memungkinkannya mendukung mata pencaharian 20.000 stafnya di Rusia.
Sanksi ekonomi dan eksodus besar-besaran ini diperkirakan akan membuat Rusia menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak jatuhnya Uni Soviet.
(fsd)