Turun Lagi, Pelan-Pelan Kurs Dolar Singapura Makin Murah
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (8/3). Aliran modal yang kembali masuk ke dalam negeri, serta kenaikan cadangan devisa Indonesia membuat rupiah perkasa.
Pada pukul 13:12 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.547/SG$, melemah 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 11 Januari lalu. Pada pertengahan Februari lalu, dolar Singapura masih berada di kisaran Rp 10.700/SG$.
Terus menurunnya dolar Singapura terjadi akibat kuatnya rupiah yang mendapat "suntikan" aliran modal asing.
Dari pasar obligasi, data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan sepanjang bulan Februari aliran modal asing tercatat masuk sebesar Rp 9,35 triliun. Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun pada bulan Januari.
Capital inflow yang lebih besar bahkan terjadi di pasar saham, yakni lebih dari Rp 17 triliun di bulan Februari. Di awal bulan ini, net buy investor asing sempat tertahan kemarin, dan terjadi net sell.
Tetapi pada perdagangan hari ini, kembali terjadi net buy sebesar Rp 518 miliar di pasar reguler, dan lebih Rp 3 miliar di pasar negosiasi dan tunai sehingga totalnya menjadi lebih dari Rp 521 miliar.
Selain itu dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia naik tipis pada bulan Februari lalu setelah merosot di awal tahun ini.
Kenaikan cadangan devisa tersebut bisa menjadi bekal bagi Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah jika mengalami gejolak di tengah tingginya risiko geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina, serta rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia hari ini melaporkan posisi cadangan devisa di akhir Februari 2022 sebesar US$ 141,4 miliar, naik US$ 100 juta dibandingkan dengan akhir Januari lalu.
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Februari 2022 antara lain dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," tulis BI dalam keterangan resminya, Selasa (8/3).
Posisi cadangan devisa tersebut, lanjut keterangan BI, setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)