
Kejutan Neraca Keuangan Bank Mega: Mana Efek Pandeminya?

Lalu, bagaimana dengan rasio profitabilitas bank yang akan berusia 53 tahun pada 2022 ini? Setidaknya ada dua rasio profitabilitas yang penting untuk mengukur profitabilitas bank, yakni return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).
ROA dan ROE membantu mengukur kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) yang ada untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
Menurut data perusahaan, rasio ROA Bank Mega sepanjang 2021 tercatat sebesar 4,22%. Angka tersebut berada di atas rerata industri yang sebesar 1,91%. Capaian ini semakin meneguhkan tren pertumbuhan ROA Bank Mega sejak 2015.
Tidak hanya ROA, ROE Bank Mega juga sukses menembus 23,49% pada tahun lalu, atau berada di atas rata-rata ROE industri yang tercatat sebesar 10,36%. Rasio yang satu ini juga konsisten menanjak sejak 2016 silam.
Sejurus dengan lonjakan pendapatan bunga bersih sepanjang 2021, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Bank Mega juga naik menjadi 4,75%, lebih tinggi 0,33 basis poin (bp) dari tahun sebelumnya.
Angka tersebut juga berada di atas rerata NIM industri perbankan nasional. Sebagai gambaran, mengacu pada data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per November 2021 yang dirilis OJK, NIM bank umum tercatat di angka 4,51%.
Tidak kalah pentingnya adalah soal posisi permodalan Bank Mega dari sisi Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang terbilang kokoh di tengah pandemi.
Menurut data keuangan perusahaan, posisi CAR Bank Mega tercatat sebesar 27,3% sepanjang 2021. Rasio tersebut lebih tinggi dari rasio CAR perbankan hingga akhir 2021 yang tercatat jauh di atas ambang batas (threshold) sebesar 25,67%.
Rasio BOPO atau Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank Mega secara konsisten terus menurun. BOPO Bank Mega berhasil turun dari 65,94% di tahun 2020 menjadi 56,06% di tahun 2021.
Yang sangat menarik, rasio BOPO Bank Mega ini dalam 7 tahun terakhir menunjukkan tren yang terus menurun dari 91,25% (2014) menjadi 56,06% (2021). Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mega berhasil dalam melakukan efisiensi pada proses bisnisnya. Semakin rendahnya BOPO Bank Mega, menunjukkan semakin efisiennya Bank Mega dalam kegiatan operasional.
Dengan menilik deretan data di atas, bisa dikatakan bahwa krisis pandemi tidak lagi memukul kinerja Bank Mega yang melanjutkan kinerja prima 2020 dengan torehan angka yang lebih baik di sepanjang 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]