
Kejutan Neraca Keuangan Bank Mega: Mana Efek Pandeminya?

Pada 2020, kala pagebluk Covid-19 menghantam sendi-sendi perekonomian RI, kredit perbankan secara industri tumbuh negatif 2,4%. Namun seperti sedikit disinggung di atas, pertumbuhan kredit industri perbankan pada tahun 2021 pulih dengan kenaikan 5,2% secara tahunan.
Sejalan dengan tren pemulihan tersebut, Bank Mega mencetak kenaikan penyaluran kredit, yang bahkan jauh lebih baik dari capaian industri dengan pertumbuhan penyaluran kredit hingga 25,14% menjadi Rp 60,67 triliun.
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) perseroan pun tak kalah moncer, dengan pertumbuhan sebesar 24,9% secara tahunan menjadi Rp 98,9 triliun. Artinya, kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mega masih tinggi sehingga memilih menyimpan dananya di situasi tak menentu di "brankas" Bank Mega.
Dengan pertumbuhan dua lini tersebut, kinerja intermediasi Bank Mega lagi-lagi tumbuh jauh di atas industri. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2021, pertumbuhan kredit dan penghimpunan DPK bank umum hanya naik masing-masing sebesar 5,2% dan 12,2%.
Artinya, manajemen bank yang masuk dalam Kategori Bank dengan Modal Inti (KBMI) III ini tak sekadar pintar mengucurkan kredit, melainkan juga sukses menjaga manajemen risiko dan aspek prudensial dalam bisnisnya sehingga kredit yang disalurkan tak berakhir macet.
Buktinya, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bruto Bank Mega sepanjang 2021 tercatat di angka 1,12% atau lebih rendah 0,27 bp ketimbang posisi yang sama tahun 2020 (di angka 1,39%). Ini menjadi NPL bruto terendah Bank Mega setidaknya sejak 2015 silam.
Sebagaimana terlihat di tabel di atas, angka NPL bruto bank yang dipimpin Kostaman Thayib sebagai Direktur Utama ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan rerata rasio NPL bruto perbankan secara umum yang tercatat sebesar 3% hingga akhir 2021.
Batas aman NPL menurut OJK adalah di bawah 5%. Dengan angka NPL bruto hanya 1,12%, Kostaman dan tim menunjukkan kelihaiannya untuk menghindari penyaluran kredit di sektor-sektor yang berisiko tinggi.
(ags/ags)