Ekonomi Rusia Sekarat, Kena Sanksi hingga Orang Antre ke ATM

Putra, CNBC Indonesia
07 March 2022 06:35
Kabar Terbaru Invasi Rusia ke Ukraina_Konten
Foto: cover topik/Kabar Terbaru Invasi Rusia ke Ukraina_Konten/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Rusia benar-benar runtuh (collapse) setelah Negeri Beruang Merah resmi melakukan serangan ke Ukraina. Bencana kiamat keuangan bagi Rusia kini seolah sudah di depan mata seiring dengan berbagai sanksi ekonomi dari negara-negara Barat. 

Pasar saham Rusia resmi tutup sejak akhir bulan Februari lalu. Indeks saham acuan Russia MOEX terus mengalami kejatuhan sejak pekan terakhir bulan Februari. Di sepanjang bulan lalu indeks saham Rusia tersebut tercatat mengalami koreksi hingga 30%.

Memang sempat rebound dengan menguat 20% dalam sehari. Namun bank sentral Rusia memutuskan untuk menghentikan perdagangan saham guna membatasi potensi kerugian yang diderita dari jatuhnya harga saham. 

Tidak hanya harga saham-saham Rusia yang jatuh. Harga obligasi pemerintahnya juga ikut terjun bebas. Koreksi harga yang signifikan dicerminkan dari kenaikan imbal hasil (yield). Untuk obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun, yield-nya kini sudah mendekati level 20% atau tertinggi sepanjang sejarah. 

Setelah agresi dilancarkan Rusia ke Ukraina akhir Februari, negara-negara Barat terutama anggota NATO berbondong-bondong memberikan sanksi ekonomi kepada Negeri Beruang Merah. Salah satu sanksi yang dikenakan adalah mendepak Rusia dari jejaring sosial perbankan global (SWIFT). 

Dengan berbagai sanksi yang ada, ekonomi Rusia kini sekarat. Nilai tukarnya yaitu Ruble bahkan terdevaluasi hampir 60% terhadap greenback dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Kini mata uang Rusia dihargai lebih rendah dari 1 sen dolar AS.

 

Di tengah tekanan inflasi yang tinggi dan depresiasi nilai tukar yang tajam, bank sentral Rusia pun memutuskan untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Dalam waktu singkat Bank of Russia menaikkan suku bunga acuannya dari 9,5% menjadi 20%. 

Tidak sampai di situ saja, kondisi keuangan yang carut marut juga membuat masyarakat Rusia lebih pilih uang tunai (cash) dibanding menaruh uangnya di bank. Tampak bahwa masyarakat Rusia sudah mulai menarik uang dari bank sebagaimana terlihat dari antrean panjang di depan mesin ATM.

Banyak analis menilai kini aset-aset keuangan Rusia sudah tak layak investasi. Terbaru ada Moody's Investors Service dan Fitch Ratings, dua lembaga rating global yang menurunkan rating Rusia menjadi junk (sampah). 

Gempuran terhadap ekonomi Rusia tidak sampai di situ saja. Institusi indeks global seperti MSCI Inc, FTSE Russel hingga S&P Dow Jones juga beramai-ramai mendepak saham-saham asal Kremlin dari konstituen indeks miliknya. 

MSCI menyatakan akan memisahkan saham-saham Rusia dari indeks Emerging Market miliknya efektif pada 9 Maret nanti. Kemudian FTSE Russel juga memutuskan untuk menghapus semua saham Rusia dari konstituen indeks-nya mulai 7 Maret. Kini terbaru giliran S&P Dow Jones yang juga mengikuti langkah serupa. 

Pada Jumat (4/3/2022), Rusia dilaporkan menyerang fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina hingga memicu munculnya kepulan asap. Agresi tersebut semakin membuat dunia Barat geram dan getol menggempur ekonomi negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu.

Dengan berbagai serangan dan sanksi yang diterima, kini ekonomi Rusia benar-benar di ujung tanduk. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Jones: Tidak Ada Lagi Saham Asal Rusia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular