Begini Jurus Turki Stabilkan Lira, Indonesia Wajib Contoh?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 March 2022 17:50
Infografis: Cerita Turki Ganti Nama Negara Gegara Turkey (Ayam Kalkun)
Foto: Infografis/Cerita Turki Ganti Nama Negara Gegara Turkey (Ayam Kalkun)/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina membuat inflasi di Turki melesat. Namun, kurs lira tetap stabil seolah kebal dengan situasi yang tengah terjadi.

Inflasi Turki dipicu oleh melesatnya harga minyak dunia akibat perang Turki-Ukraina. Per Februari saja, inflasi di Turki mencapai 4,81%. Level ini, jika diakumulasi sejak Februari 2021, maka Turki telah mencatat inflasi yang meroket hingga 54,44%. Ini merupakan level tertinggi selama 20 tahun terakhir.

Meski inflasi Turki meroket, nilai tukar lira masih stabil melawan dolar Amerika Serikat (AS). Kemarin, lira hanya melemah 0,62% sementara pada perdagangan hari ini Jumat (4/3) pada pukul 11:16 WIB, berada di kisaran TRY 14,12/US$, melemah 0,2% melansir data Refinitiv.

Sepanjang tahun ini, lira mengalami pelemahan, sekitar 6%. Pelemahan yang cukup besar dibandingkan dengan rupiah misalnya, tetapi jika melihat pada tahun lalu yang jeblok hingga 44%, tentunya bisa dikatakan lira masih stabil, apa lagi pelemahanya sebagian terjadi akibat perang Rusia-Ukraina.

Rupanya, stabilitas lira tak lepas dari jurus yang dikeluarkan Presiden Erdogan. Sebelum 2021 berakhir, Erdogan mengumumkan beberapa kebijakan yang akan meringankan beban lira Turki.


Pemimpin yang sudah berkuasa selama 20 tahun ini mengatakan dengan kebijakan tersebut warga Turki tidak perlu mengkonversi lira menjadi mata uang asing selama lira crash, termasuk memberikan jaminan deposito.
"Kami menghadirkan alternatif keuangan bari bagi warga yang ingin meringankan kekhawatiran mereka saat melihat tabungan akibat kenaikan nilai tukar," kata Erdogan sebagaimana dilansir Reuters.

Pemerintah Turki akan memberikan insentif bagi warganya untuk mengkonversi tabungan dalam bentuk valuta asing mereka menjadi deposito dalam bentuk lira.

"Jika warga Turki memiliki simpanan atau deposito dalam bentuk valuta asing seperti dolar AS, euro, atau poundsterling hingga 20 Desember, dan mengkonversinya menjadi dalam bentuk deposito lira/dana partisipasi, maka akan memenuhi syarat untuk mendapat insentif," kata bank sentral Turki (TCMB).

"Deposito yang dimaksud memiliki waktu jatuh tempo dalam tiga, enam, dan dua belas bulan" tambah TCMB.

Insentif yang diberikan yakni TCMB akan menutupi jika ada selisih kurs saat pembukaan deposito hingga jatuh tempo. Dengan kata lain, warga Turki tidak akan mengalami kerugian kurs jika lira kembali terpuruk. Selain itu, deposito itu juga tidak dikenakan pajak.

Parlemen Turki juga menyetujui udang-undang yang membebaskan pajak pendapatan perusahaan dari deposito dalam bentuk lira. Hal ini bisa didapat oleh perusahaan jika mengkonversi depositonya yang saat ini dalam bentuk valuta asing menjadi lira.

Selain itu, TCMB juga melakukan intervensi yang sangat besar guna menstabilkan lira. Di bulan Desember, TCMB diperkirakan menguras cadangan devisanya hingga US$ 20 miliar. Kemudian di bulan Januari sebesar US$ 3 miliar.

Melansir Reuters, bankir di Turki mengatakan pada pekan lalu TCMB melakukan intervensi senilai US$ 4 miliar, dan Selasa lalu sekitar US$ 1 miliar - US$ 2 miliar. Sehingga total intervensi yang dilakukan sekitar US$ 29 miliar sejak Desember lalu.

Cadangan devisa Turki pun terus menipis, per 4 Februari lalu dilaporkan sebesar US$ 16,33 miliar, bahkan sebelumnya sempat menyentuh US$ 7,55 miliar di awal tahun ini yang merupakan level terendah sejak 2002.


(pap/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Rusia-Ukraina Turut 'Hancurkan' Turki

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular