Waspada! Ini Dampak Perang Rusia-Ukraina ke Indonesia

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
Kamis, 03/03/2022 09:10 WIB
Foto: kotkoa / Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik yang terus berkecamuk antara Rusia dan Ukraina tidak hanya berdampak pada kedua negara tersebut, namun juga berdampak ke negara lain, tak terkecuali Indonesia.

Salah satunya yang mengkhawatirkan adalah kenaikan harga minyak mentah dunia, dalam hal ini Brent, yang melonjak dan sempat menyentuh level tertinggi hingga US$ 105 per barel. Naiknya harga minyak mentah dunia itu memicu kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).

Dengan harga ICP yang ikut melonjak itu, tentunya ada gap yang jauh antara asumsi ICP dalam APBN tahun 2022 yang hanya US$ 63 per barel.


"Kita terus monitor dan antisipasi dampaknya. Tidak hanya harga minyak, tapi harga LPG seperti CP Aramco," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi.

Karena itu, Agung mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia turut mempengaruhi APBN. yang mana beban subsidi, khususnya BBM dan LPG juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022.

Selain itu, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. Setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.

Tidak hanya di sektor energi, konflik kedua negara tadi juga dapat berdampak ke sektor komoditas yang lain. Analis menilai konflik ini akan berdampak negatif terhadap rantai pasokan komoditas lunak seperti jagung, gandum, barley dan lain-lain. Selain itu, juga terhadap rantai pasokan komoditas logam seperti tembaga dan nikel.

"Kami percaya gangguan dalam rantai pasokan komoditas lunak kemungkinan akan mendongkrak harga pangan," ujar Natalia Sutanto, analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset yang dirilis, Kamis (24/2/2022).

Perlu diperhatikan bahwa Rusia adalah pengekspor gandum utama dunia. Dikombinasikan dengan Ukraina, kedua negara ini menyumbang sekitar 29% dari pasar ekspor gandum dunia.

"Meskipun musim panen beberapa bulan lagi, konflik berkepanjangan akan menciptakan kekurangan komoditas lunak dan harga yang lebih tinggi. Harga gandum dan jagung sudah melonjak," ujarnya.

Danareksa mencatat, gandum berjangka telah melonjak 12% sejak awal tahun 2022, sementara jagung berjangka juga melonjak 14,5% sejak awal 2022.

"Namun, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina mungkin mengganggu rantai pasokan pangan global. Fluktuasi harga komoditas mungkin menimbulkan risiko penurunan pada margin perusahaan consumer dan memperpanjang pemulihan kinerja keuangan," pungkasnya.


(hps/hps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Ekspansi Produsen Beras Incar Konsumen Gaya Hidup Sehat