Jangan Maruk! Ini Fakta Sederet Penipuan di Dunia Kripto

chd, CNBC Indonesia
02 March 2022 14:15
Infografis: Aksi Tipu-tipu di Dunia Kripto Paling Gempar di Dunia
Foto: Infografis/Aksi Tipu-tipu di Dunia Kripto Paling Gempar di Dunia/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Penipuan kripto makin marak terjadi di tengah pulihnya pasar kripto dalam dua hari terakhir setelah sempat terkoreksi pada pekan lalu.

Terbaru, pendiri BitConnect, Satish Kumbhani terancam 70 tahun penjara atas kasus penipuan kripto. Ia didakwa oleh Hakim Agung Federal San Diego karena diduga mengatur skema Ponzi cryptocurrency global yang melibatkan sekitar US$ 2,4 miliar atau Rp34,5 triliun dana investor.

Saat ini Kumbhani masih dalam status buron, demikian dikutip dardi ZDNet, Selasa (1/3/2022).

Departemen Kehakiman mengatakan pria 36 tahun itu didakwa dengan penipuan, konspirasi manipulasi harga komoditas, operasi bisnis pengiriman uang tanpa izin dan pencucian uang internasional.

Meski kasus penipuan BitConnect bukanlah hal yang baru pada tahun ini, tetapi perkembangan terus berjalan. Sebelumnya, BitConnect menjadi salah satu kasus penipuan terbesar pada tahun 2021, di mana investor mengalami kerugian hingga pulihan triliun.

Sepanjang tahun 2021, investor kripto tertipu lebih dari US$ 14 miliar atau setara Rp 200,2 triliun (asumsi Rp 14.300/US$). Menurut sebuah laporan hal tersebut berkat kepopuleran desentralized finance (Defi).

Laporan perusahaan analistik Blockchain, Chainalysis mengungkapkan para penipu berhasil mendapatkan US$ 14 miliar. Disebutkan pula jika kerugian akibat kejahatan sektor kripto melonjak 79% dari tahun sebelumnya, akibat lonjakan pencurian dan penipuan, dikutip CNBC International, Jumat (7/1/2021).

Penipuan menjadi yang teratas dari kejahatan berbasis kripto tahun lalu. Berikutnya ada aksi pencurian, sebagian besar melalui peretasan bisnis cryptocurrency.

"DeFi merupakan salah satu area paling menarik dari ekosistem kripto yang lebih luas, menghadirkan peluang besar untuk pengusaha dan pengguna cryptocurrency," kata Chainalysis dalam laporan tahunannya.

Sebagai informasi, DeFi merupakan salah satu sektor di kripto yang bertujuan memotong perantara. Ini maksudnya adalah bank, transaksi keuangan tradisional, sepetti mengamankan pencurian.

Bank dan pengacara, pada sistem ini akan digantikan dengan kode yang diprogram disebut sebagai smart contract (kontrak pintar). Kontrak tersebut ditulis pada blockchain publik seperti ethereum atau solana.

Penipuan kripto yang terjadi secara mayoritas terdapat dua jenis, yakni rugpull dan skema ponzi.

Rugpull adalah adalah salah satu bentuk penipuan di industri kripto di mana pengembang meninggalkan proyek yang mereka buat dan mereka juga membawa kabur dana yang berasal dari investor mereka.

Sedangkan skema ponzi adalah modus investasi palsu di mana keuntungan seorang investor dibayarkan dari uang yang diinvestasikan investor berikutnya, bukan dari keuntungan yang dihasilkan dari menjalankan bisnis. Skema ini akan macet ketika pertambahan jumlah investor kecil.

Terlepas dari makin maraknya penipuan di kripto, berikut beberapa kasus penipuan kripto terbesar pada tahun lalu.

1. BitConnect

Kasus penipuan platform BitConnect dapat dikategorikan sebagai penipuan kripto berjenis skema ponzi (ponzi scheme).

BitConnect adalah platform investasi cryptocurrency palsu yang diluncurkan pada 2016 lalu. Menurut DOJ, perusahaan itu memiliki kapitalisasi pasar puncak sebesar US$ 3,4 miliar.

Hingga akhir tahun lalu, bahkan kini, BitConnect masih menjadi penipuan terbesar di dunia kripto yang pernah tercatat sepanjang sejarah.

BitConnect pun ditutup pada 2018 silam, karena diklaim adanya perlakuan pers yang buruk, serangan penolakan layanan (DDoS) terdistribusi, dan penyelidikan peraturan sebagai alasan utamanya.

Bahkan, regulator Amerika Serikat (AS) sempat mengirim surat penghentian platform BitConnect karena kegagalannya untuk mendaftar diri ke otoritas. Operator BitConnect mengatakan tuntutan ini menjadi penghalang bagi kelanjutan hukum platform.

Bitconnect menjadi contoh kasus penipuan terbesar saat koin ini resmi melantai di beberapa bursa kripto lewat mekanisme Initial Coin Offering (ICO).

Parahnya lagi, investor dijanjikan mendapatkan return pasti sebesar 40% jika membeli Bitconnect. Usut punya usut ternyata Bitconnect hanyalah skema ponzi yang merugikan investor puluhan triliun.

 

2. Pincoin

Koin digital (token) asal Vietnam, yakni Pincon juga menjadi kasus penipuan terbesar kripto di dunia pada tahu lalu. Saat peluncuran, token ini berhasil meraup dana sebesar US$ 870 juta atau setara dengan Rp 12,44 triliun.

Dana tersebut berhasil dikumpulkan dari 32.000 investor. Dengan kalkulasi sederhana maka rata-rata setiap investor telah mendepositkan uangnya sebesar Rp 388,8 juta.

Alih-alih diberikan imbal hasil berupa cash, investor justru mendapat token lain bernama iFan sebelum orang di balik Pincoin benar-benar menghilang bersama uang dari investor.

Kasus penipuan token Pincoin dapat dikategorikan sebagai kasus rugpull dalam aset kripto.

 

3. Acchain

Tak hanya di Pincoin, kasus rugpull kripto juga terjadi di Acchain. Koin digital (token) ini dikembangkan di Shenzen, China. Kasus Acchain pun menjadi kasus penipuan terbesar ketiga pada tahun lalu.

Melalui mekanisme ICO, pengembang Acchain berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar US$ 80 juta (Rp 1,14 triliun).

Namun selang tak berapa lama, foto kantor ACChain bocor dan anehnya kantor tersebut tak ubahnya sebuah ruangan kosong tanpa aktivitas apapun. Setelah itu perusahan pengembang hilang begitu saja tanpa jejak.

 

4. Squid Game (SQUID)

Kasus rugpull kripto lainnya yakni Squid Game, di mana token ini dibuat berdasarkan serial Netflix asal Korea Selatan berjudul Squid Game.

Dalam buku putih (white paper) dari pengembang SQUID, koin ini dianggap sebagai kripto "play to earn". Pemilih kripto SQUID bisa bermain game secara online yang terinspirasi dari serial 'Squid Game'. Jika ingin bermain biaya yang dikenakan sebesar 10% kepada pengembang, dan sisanya akan diinvestasikan sebagai hadiah

"Semakin banyak orang yang bermain, semakin banyak hadiah yang akan didapat. Yang paling penting, tidak ada konsekuensi yang hingga meninggal. Pengalaman Anda hanya akan mencerminkan kegembiraan memenangkan hadiah dan kesedihan akibat kehilangan uang jika gagal dalam permainan," tulis white paper SQUID, sebagaimana dilansir Business Insider, Jumat (29/10/2021).

Namun, banyak temuan yang muncul di mana para pemegang kripto SQUID tak bisa menarik dananya setelah mereka berinvestasi di koin digital (token) tersebut. CoinMarketCap pada saat itu melaporkan adanya pengguna yang tidak dapat menjual token ini di platform Pancake Swap.

Alhasil, harganya yang sempat melesat hingga 200.000% hanya dalam beberapa hari saja langsung ambles hingga menyentuh dibawah US$ 0, bahkan harganya tidak ada satu sen pun.

 

5. Africrypt Scam

Dua bersaudara asal Afrika Selatan, yakni Raees dan Ameer Cajee menjalankan perusahaan investasi Bitcoin berbasis di Afrika Selatan yang bernama Africrypt. Namun, peran mereka kini seakan hilang, bersama dengan semua dana investor mereka.

Pada April lalu, Cajees mengklaim bahwa perusahaan investasi mereka telah diretas dan semua akun klien mereka telah disusupi. Namun, cerita itu dengan cepat dibongkar oleh investor mereka.

Pengacara yang mewakili investor saat itu mengklaim bahwa sebanyak US$ 3,6 miliar atau Rp 51,84 triliun telah dicuri oleh Cajee bersaudara.

Namun, jumlah itu masih diperdebatkan. Hingga kini, investor Africrypt masih berusaha untuk mendapatkan kembali dana mereka dan hingga kini, Raees dan Ameer Cajee masih belum diketahui keberadaannya.

Selain dari kasus penipuan berkedok rugpull dan skema ponzi, adapula kasus kerugian di industri kripto yang tak kalah menarik dan membuat investor mengalami kerugian cukup besar, di mana kasus selain penipuan kripto lebih banyak kearah kasus peretasan atau serangan siber

Berikut kasus pencurian atau serangan siber di kripto yang sempat viral pada tahun lalu hingga bulan Februari lalu.

 

1. Pencurian dan peretasan NFT di OpenSea

Pada pertengahan Februari lalu, marketplace Non-fungible Token (NFT) paling populer di dunia yakni OpenSea terkena serangan siber. Kejadian ini terjadi pada Sabtu-Minggu, sekitar dua pekan lalu.

Para peretas (hacker) berhasil mencuri ratusan NFT dari pengguna OpenSea hingga lebih dari US$ 1,7 juta atau sekitar Rp 24,3 miliar. Hal ini diungkap oleh Molly White, seorang wanita yang menjalankan blog Web3 is Going Great.

Ada 254 token yang dicuri selama serangan, termasuk diantaranya token dari Decentraland dan Bored Ape Yacht Club. Ini diungkap oleh Spreadsheet, yang disusun layanan keamanan Blockchain PeckShield.

Dalam tautan yang diberikan CEO OpenSea, Devin Finzer, serangan digambarkan dalam dua bagian. Korban menandatangani kontrak parsial dengan otorisasi umum dan sebagian besar dibiar kosong.

Dengan tanda tangan di tempat, pelaku akan menyelesaikan kontrak dengan panggilan ke kontrak mereka sendiri. Bagian ini akan mengalihkan kepemilikan NFT tanpa pembayaran.

Saat serangan terjadi, OpenSea sedang berproses memperbarui sistem kontraknya. Perusahaan juga membantah serangan berasal dari kontrak baru.

 

2. Peretasan Poly Network

Pada musim panas tahun lalu, seorang hacker menemukan kelemahan di kripto dengan platform DeFi, yakni Poly Network yang memungkinkan mereka mentransfer lebih dari US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,64 triliun ke akun mereka.

Namun, tangkapan sebesar itu kemungkinan besar akan sulit dihilangkan dengan bebas hukuman. Dalam pekan-pekan berikutnya, peretas menghubungi Poly Network dan mengklaim bahwa mereka selalu berniat mengembalikan uang itu.

Poly Network diisukan ikut bermain, bahkan menyebut peretas sebagai "Mr. White Hat," sebuah istilah yang menggambarkan peretas etis yang mencoba mengekspos adanya kelemahan di keamanan suatu sistem, sehingga dapat diperbaiki sebelum 'aktor jahat' datang.

Pada akhirnya, peretas mentransfer kembali sebagian besar dana cryptocurrency-nya kembali ke platform Poly Network.

Namun, peretas ditawarkan hadiah oleh Poly Network sebesar US$ 500.000 atau sekitar Rp 7,2 triliun, karena peretas dapat mengembalikan dananya ke platform tersebut, sehingga mereka lolos dari segala kemungkinan akibat melakukan pencurian di kripto tersebut.

 

3. Pencurian NFT Bored Ape

Becerra merupakan salah satu pemilik dari tiga non-fungible token (NFT) Bored Ape Yacht Club. Investor membeli NFT ini untuk membuktikan kepemilikan barang yang terhubung dengan mereka.

Dalam kasus Becerra, kita berbicara tentang tiga karya seni komputer yang menggambarkan kera kartun. Menurut Beccera, para scammers melakukan aksinya untuk mengirimkan ketiga NFT ini berkedok memberikan dukungan teknis.

Harga dasar saat itu untuk NFT salah satu kera ini di pasar sekitar US$ 225.000 atau sekitar Rp 3,2 miliar. Becerra mengklaim tiga NFT Ape Bored yang dimilikinya bernilai lebih dari US$ 1 juta (Rp 14 miliar).

Sepertinya, Becerra telah memperoleh kembali setidaknya beberapa NFT-nya, meskipun tampaknya dia harus membayar untuk mendapatkannya kembali.

Namun, ketika mereka pertama kali dicuri, Becerra mencoba menyebarkan berita dan memberi tahu orang lain untuk tidak membeli NFT curiannya.

Meskipun blockchain menunjukkan bahwa dia tidak lagi memilikinya, tetapi Becerra mengklaim bahwa catatan tak terbantahkan di blockchain ini tidak relevan dan bahwa dia benar-benar pemiliknya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular