
Jangan Maruk! Ini Fakta Sederet Penipuan di Dunia Kripto

Selain dari kasus penipuan berkedok rugpull dan skema ponzi, adapula kasus kerugian di industri kripto yang tak kalah menarik dan membuat investor mengalami kerugian cukup besar, di mana kasus selain penipuan kripto lebih banyak kearah kasus peretasan atau serangan siber
Berikut kasus pencurian atau serangan siber di kripto yang sempat viral pada tahun lalu hingga bulan Februari lalu.
1. Pencurian dan peretasan NFT di OpenSea
Pada pertengahan Februari lalu, marketplace Non-fungible Token (NFT) paling populer di dunia yakni OpenSea terkena serangan siber. Kejadian ini terjadi pada Sabtu-Minggu, sekitar dua pekan lalu.
Para peretas (hacker) berhasil mencuri ratusan NFT dari pengguna OpenSea hingga lebih dari US$ 1,7 juta atau sekitar Rp 24,3 miliar. Hal ini diungkap oleh Molly White, seorang wanita yang menjalankan blog Web3 is Going Great.
Ada 254 token yang dicuri selama serangan, termasuk diantaranya token dari Decentraland dan Bored Ape Yacht Club. Ini diungkap oleh Spreadsheet, yang disusun layanan keamanan Blockchain PeckShield.
Dalam tautan yang diberikan CEO OpenSea, Devin Finzer, serangan digambarkan dalam dua bagian. Korban menandatangani kontrak parsial dengan otorisasi umum dan sebagian besar dibiar kosong.
Dengan tanda tangan di tempat, pelaku akan menyelesaikan kontrak dengan panggilan ke kontrak mereka sendiri. Bagian ini akan mengalihkan kepemilikan NFT tanpa pembayaran.
Saat serangan terjadi, OpenSea sedang berproses memperbarui sistem kontraknya. Perusahaan juga membantah serangan berasal dari kontrak baru.
2. Peretasan Poly Network
Pada musim panas tahun lalu, seorang hacker menemukan kelemahan di kripto dengan platform DeFi, yakni Poly Network yang memungkinkan mereka mentransfer lebih dari US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,64 triliun ke akun mereka.
Namun, tangkapan sebesar itu kemungkinan besar akan sulit dihilangkan dengan bebas hukuman. Dalam pekan-pekan berikutnya, peretas menghubungi Poly Network dan mengklaim bahwa mereka selalu berniat mengembalikan uang itu.
Poly Network diisukan ikut bermain, bahkan menyebut peretas sebagai "Mr. White Hat," sebuah istilah yang menggambarkan peretas etis yang mencoba mengekspos adanya kelemahan di keamanan suatu sistem, sehingga dapat diperbaiki sebelum 'aktor jahat' datang.
Pada akhirnya, peretas mentransfer kembali sebagian besar dana cryptocurrency-nya kembali ke platform Poly Network.
Namun, peretas ditawarkan hadiah oleh Poly Network sebesar US$ 500.000 atau sekitar Rp 7,2 triliun, karena peretas dapat mengembalikan dananya ke platform tersebut, sehingga mereka lolos dari segala kemungkinan akibat melakukan pencurian di kripto tersebut.
3. Pencurian NFT Bored Ape
Becerra merupakan salah satu pemilik dari tiga non-fungible token (NFT) Bored Ape Yacht Club. Investor membeli NFT ini untuk membuktikan kepemilikan barang yang terhubung dengan mereka.
Dalam kasus Becerra, kita berbicara tentang tiga karya seni komputer yang menggambarkan kera kartun. Menurut Beccera, para scammers melakukan aksinya untuk mengirimkan ketiga NFT ini berkedok memberikan dukungan teknis.
Harga dasar saat itu untuk NFT salah satu kera ini di pasar sekitar US$ 225.000 atau sekitar Rp 3,2 miliar. Becerra mengklaim tiga NFT Ape Bored yang dimilikinya bernilai lebih dari US$ 1 juta (Rp 14 miliar).
Sepertinya, Becerra telah memperoleh kembali setidaknya beberapa NFT-nya, meskipun tampaknya dia harus membayar untuk mendapatkannya kembali.
Namun, ketika mereka pertama kali dicuri, Becerra mencoba menyebarkan berita dan memberi tahu orang lain untuk tidak membeli NFT curiannya.
Meskipun blockchain menunjukkan bahwa dia tidak lagi memilikinya, tetapi Becerra mengklaim bahwa catatan tak terbantahkan di blockchain ini tidak relevan dan bahwa dia benar-benar pemiliknya.
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]
