
Lepas MBSS & PTRO, Gimana Nasib INDY ke Depan? Cek Faktanya

INDY sejatinya telah melakukan diversifikasi bisnis ke sektor kendaraan listrik sejak paruh pertama tahun lalu melalui pendirian entitas usaha baru yakni PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI). Nilai investasi untuk pendirian perusahaan ini mencapai Rp 40 miliar.
Hal itu disampaikan sekretaris perusahaan yang menyebut pada tanggal 5 April 2021, INDY bersama anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, PT Indika Energy Infrastructure, telah mendirikan perusahaan dengan nama PT Electra Mobilitas Indonesia atau EMI.
Adi Pramono juga menjelaskan bahwa "maksud, tujuan, serta kegiatan usaha EMI adalah melakukan perdagangan besar suku cadang sepeda motor dan aksesorisnya, melakukan perdagangan besar berbagai suku cadang, komponen, dan aksesoris mobil, dan melakukan jasa konsultasi manajemen."
Upaya divestasi ini sebenarnya juga sudah disinggung oleh Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (INDY), Arsjad Rasjid dalam gelaran Mining Forum: Prospek Industri Minerba 2021 CNBC Indonesia, akhir Maret tahun lalu dan menyebut hilirisasi batu bara tak melulu soal keuntungan.
"Dengan adanya mobil listrik, kebutuhan listrik meningkat. Batu bara adalah apa yang kita miliki. Hanya tinggal bagaimana value added harus dibangun. Ke depan kebutuhan listrik akan lebih banyak dengan kendaraan listrik," ujarnya kala itu.
Dalam kesempatan berbeda juga merasa bahwa INDY sudah terjun ke usaha-usaha lain non batu bara seperti tambang emas, energi baru terbarukan (EBT), terminal bahan bakar, teknologi digital, sampai dengan rencana untuk masuk ke industri kendaraan listrik (EV).
Arsjad juga menyebut bahwa INDY fokus pada langkah-langkah strategis yang mendukung keberlanjutan, termasuk berinvestasi di sektor EBT, di antaranya dengan membuat usaha Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) di sektor tenaga surya, Electra Mobilitas Indonesia (EMI) di sektor kendaraan listrik roda dua, dan Kideco yang membangun proyek PLTS di wilayah tambang.
"Itu hal-hal yang kami lakukan dari sisi transisi energi. Kedua, hilirisasi batu bara, bisa jadi solusi untuk menambah value added (nilai tambah)," jelasnya.
April tahun lalu, ia menyebut bahwa INDY berkomitmen menggelontorkan investasi sebesar US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,17 triliun selama kurun waktu lima tahun. Meski besaran sudah ditetapkan, namun ia juga mengatakan bahwa pihaknya masih akan terus melihat kondisi objektif ke depannya.
Saat ini belum ada informasi baru terkait arah haluan INDY berlayar. Akan tetapi investor tidak perlu kaget apabila beberapa waktu ke depan INDY memutuskan mengakuisisi tambang mineral baru atau menambah investasi di kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga surya demi mengganti energi yang mulai hilang dari batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/vap)[Gambas:Video CNBC]
