
Lepas MBSS & PTRO, Gimana Nasib INDY ke Depan? Cek Faktanya

Langkah divestasi di bisnis dengan emisi karbon tersebut sudah terlihat bahkan sebelum INDY resmi melepas MBSS.
Dua bulan sebelum mengumumkan divestasi di MBSS, INDY menandatangani Scheme Implementation Deed untuk mengambil alih Nusantara Resources Limited (Nusantara) yang mengelola tambang emas Awak Mas di Luwu, Sulawesi Selatan melalui mekanisme Scheme of Arrangement. Pengambilalihan ini dilakukan melalui anak usahanya, PT Indika Mineral Investindo (IMI).
Kala itu, rencana transaksi ini merupakan langkah strategis Indika Energy untuk meningkatkan eksposur di sektor pertambangan emas dan memperkuat diversifikasi bisnis perusahaan.
Akhirnya transaksi tersebut rampung empat bulan kemudian atau nyaris dua bulan setelah melepas MBSS. Akuisisi tambang emas tersebut mendapatkan persetujuan pemegang saham Nusantara pada rapat umum pemegang saham pada tanggal 22 September 2021 dan persetujuan pengadilan di Australia pada tanggal 24 September 2021.
Total nilai transaksi ini adalah sebesar AU$ 58,8 juta atau setara dengan US$ 42,7 juta (Rp 609 miliar dengan kurs Rp 14.250 per US$ untuk sekitar 72% saham di Nusantara).
Dengan selesainya transaksi tersebut, Indika Energy dan IMI resmi memiliki 100% saham Nusantara dan 100% saham Masmindo (PT Masmindo Dwi Area) yang merupakan anak perusahaan Nusantara yang memegang kontrak karya dan mengelola tambang emas Awak Mas di Luwu, Sulawesi Selatan.
Indika Energy, melalui anak usahanya sebelumnya telah memiliki sekitar 28% saham di Nusantara serta kepemilikan saham secara langsung di PT Masmindo Dwi Area (Masmindo) sebanyak 25%.
Melalui transaksi ini, Indika Energy akan mengendalikan Masmindo sepenuhnya sehingga secara efektif dapat meningkatkan eksposur perusahaan di sektor pertambangan emas. Proyek emas Awak Mas memiliki potensi sumber daya sebesar 2,29 juta ons emas dan potensi cadangan 1,45 juta ons emas.
Komitmen untuk menjaga jarak dengan batu baru juga terlihat dari pengakuan Presiden Direktur Indika Energy Arsjad Rasjid yang mengatakan INDY menargetkan kontribusi pendapatan dari sektor non batu bara mencapai sebesar 50% pada 2025 mendatang.
(fsd/vap)