
Fed Bisa Kerek Bunga 50 Bps di Maret, tapi Rusia Bikin Rumit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga pada bulan depan. Beberapa pejabat elit The Fed sudah angkat bicara terkait kemungkinan seberapa besar kenaikan suku bunga akan dilakukan.
Beberapa pejabat melihat The Fed tidak perlu menaikkan suku bunga 50 basis poin (bps), yang lainnya menyatakan hal tersebut perlu untuk meredam inflasi yang saat ini sebesar 7,5%, tertinggi dalam 4 dekade terakhir.
Terbaru, Dewan Gubernur The Fed, Christoper Waller, yang mendukung kenaikan sebesar 50 bps. Menurutnya hal ini bisa dilakukan agar suku bunga bisa mencapai 1% - 1,25% di awal musim panas (awal Juli).
"Saya memperkirakan inflasi masih akan tinggi dan hanya akan menunjukkan penurunan yang moderat dalam beberapa bulan ke depan," kata Waller saat berbicara di Universitas Santa Barbara sebagaimana dilansir AFP, Kamis (24/2).
"Oleh karena itu, saya percaya suku bunga harus berada di kisaran 1% - 1,25% pada awal musim panas" tambahnya.
Suku bunga The Fed saat ini sebesar 0% - 0,25%, dan biasanya kenaikan dilakukan sebesar 25 bps. Tetapi melihat jadwal rapat kebijakan moneter The Fed, sebelum bulan Julia ada 3 kali pertemuan, Maret, Mei dan Juni.
Sehingga untuk mencapai suku bunga 1% - 1,25% pada awal Juli perlu kenaikan 50 basis poin, sebanyak satu kali dan diperkirakan pada bulan depan.
Sebelum Waller, Presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard, menjadi yang paling kencang menyatakan akan memilih untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan. Ia juga berpandangan suku bunga perlu mencapai 1% - 1,25% di awal Juli.
Dua pekan lalu, pasar juga melihat adanya probabilitas lebih dari 90% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group.
![]() |
Tetapi saat ini, probabilitas tersebut jauh menurun, menjadi 17,2% saja. Pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan, dengan probabilitas sebesar 82,8%.
Hal ini tidak lepas dari banyaknya pejabat The Fed yang tidak mendukung kenaikan yang agresif, ditambah lagi dengan invasi Rusia ke Ukraina yang bisa memberikan dampak ke perekonomian.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Invasi Rusia Bikin Bank Sentral Dalam Situasi Rumit