Duh! Khawatir Perang, Investor Jual Saham Bank Besar di Eropa
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham bank besar di Eropa ditutup anjlok ke zona merah bersamaan dengan amblesnya indeks bursa saham utama di kawasan tersebut, Kamis malam (24/2/2022).
Bursa saham global terguncang seiring investor khawatir terhadap dampak invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak kemarin.
Menurut data Refinitiv, indeks DAX Jerman menjadi yang paling anjlok hingga minus 3,96% ke posisi 14.052,1. Kemudian, indeks FTSE Inggris terjungkal 3,88% ke 6.521,05.
Tidak hanya itu, indeks CAC Prancis dan indeks saham pan-Eropa Stoxx600 juga masing-masing melorot 3,83% dan 3,28%.
Bursa Eropa Utama Kompak Anjlok (24/2)
Indeks Saham | Posisi Terakhir | % Harian |
Indeks DAX (Jerman) | 14052.1 | -3.96 |
Indeks CAC (Prancis) | 6521.05 | -3.83 |
Indeks FTSE (Inggris) | 7207.38 | -3.88 |
Stoxx 600 (pan-Eropa) | 438.96 | -3.28 |
Sumber: Refinitiv
Aksi jual besar-besaran (sell-off) tersebut juga melanda saham-saham bank besar di Eropa.
Saham bank terbesar Jerman, Deutsche Bank, ditutup ambles 12,54%. Kemudian, saham bank Inggris, Lloyds Banking Group, merosot tajam 10,72%.
Kinerja Jeblok Sejumlah Saham Bank Eropa (24/2)
Bank Eropa | % Harian |
Sberbank (Rusia) | -41.25 |
VTB Bank (Rusia) | -36.61 |
Raiffeisen Bank International/RBI (Austria) | -23.24 |
UniCredit (pan-Eropa) | -13.49 |
Deutsche Bank (Jerman) | -12.54 |
Société Générale (Prancis) | -12.15 |
Lloyds Banking Group (Inggris) | -10.72 |
ING Group (Belanda) | -8.98 |
Sumber: Refinitiv
Mengutip Reuters, Kamis (24/2), Deutsche Bank mengatakan pihaknya memiliki rencana darurat ketika pejabat Amerika Serikat (AS) dan Eropa memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Moskow.
Adapun, Lloyds mengatakan, pihaknya dalam "kewaspadaan tinggi" terhadap serangan siber.
Sementara bank-bank AS sangat siap untuk langkah-langkah yang diumumkan sejauh ini atas agresi Rusia terhadap Ukraina.
"Setiap kali ada jenis tekanan keuangan lintas batas, perusahaan keuangan, khususnya bank, cenderung menjadi pusatnya karena mereka memiliki bisnis di semua bidang itu," kata Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group di Richmond, Virginia, kepada Reuters.
Dua saham bank terbesar Rusia, Sberbank dan VTB, juga terjun bebas masing-masing 41,25% dan 36,61%.
Ini terjadi setelah Paman Sam memberlakukan sanksi baru kepada kedua bank tersebut, yang bertujuan membatasi akses Rusia ke sistem keuangan AS.
"Sanksi ini menargetkan sistem keuangan domestik Rusia, menyebabkan bank run [penarikan dana besar-besaran] dan memaksa bank sentral Rusia untuk terus menaikkan suku bunga," kata Clay Lowery, wakil presiden eksekutif di Institute of International Finance (IIF) kepada Reuters.
Saham bank-bank terkemuka jatuh dengan sektor saham perbankan Eropa ditutup turun 8%, lebih curam dari penurunan 3,3% untuk indeks Euro Stoxx.
Di AS, kendati 3 indeks utama berhasil rebound di paruh kedua perdagangan Kamis dini hari, indeks perbankan S&P 500 ditutup turun 2,5%. Saham Citigroup, yang memiliki eksposur Rusia terbesar di antara bank-bank AS, ambles 4,03%.
Asal tahu saja, indeks Dow Jones ditutup naik 0,28%, S&P 500 menguat 1,49%, dan indeks Nasdaq melesat 3,34%.
Beberapa bank AS mengatur diskusi untuk klien dengan para ahli untuk menganalisis situasi. JPMorgan, misalnya menjadwalkan pertemuan dengan Michael Singh, senior fellow di Washington Institute for Near East Policy.
Sementara, Goldman Sachs menjalankan panggilan untuk klien private wealth-nya yang diselenggarakan oleh Alex Younger, mantan kepala dinas intelijen luar negeri Inggris MI6, yang sekarang menjadi karyawan perusahaan tersebut.
Rencana Darurat Bank Eropa
Menurut data dari Bank for International Settlements yang dikutip Reuters, bank-bank Eropa adalah yang paling terekspos ke Rusia, terutama di Prancis, Italia dan Jerman, jauh melampaui eksposur bank-bank AS.
Berdasarkan catatan Reuters, bank-bank dengan operasi signifikan di Rusia paling terpukul setelah pasukannya menyerbu Ukraina melalui darat, udara dan laut.
Saham Raiffeisen Bank International Austria anjlok 23,24%. Sementara saham bank Prancis Societe Generale nyungsep 12,15%, meskipun bank tersebut mengatakan unit Rusia Rosbank miliknya terus beroperasi secara normal.
Kemudian, saham UniCredit (CRDI.MI) merosot 13,5% dan memicu penangguhan perdagangan otomatis, meskipun bank Italia itu mengatakan "eksposurnya sangat tertutup" di Rusia.
Saham Deutsche Bank turun 12,54%, penurunan terbesar di antara saham blue chips Jerman.
"Kami memiliki rencana darurat," kata bank itu dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.
Namun, seorang juru bicara Deutsche Bank menolak untuk menjelaskan lebih lanjut, sembari mengatakan "risikonya terkendali dengan baik".
Aksi Invasi Militer a La Putin
Melansir CNBC International, Rusia melancarkan invasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ke negara tetangganya Ukraina pada Kamis, dengan serangan militer di beberapa kota utama Ukraina termasuk ibukotanya, Kyiv.
Serangan terhadap Ukraina terjadi baik di darat maupun melalui udara, dengan laporan teranyar bahwa pasukan Rusia telah menembus wilayah Kyiv.
Sementara, mengutip Bloomberg, Jumat (25/2), seorang pejabat senior intelijen barat mengatakan, Kyiv mungkin jatuh ke tangan pasukan Rusia dalam hitungan jam karena pertahanan udara Ukraina telah secara efektif dihilangkan.
Pejabat itu bilang, pasukan Rusia telah maju ke arah Ukraina di kedua sisi sungai Dnieper dan tampaknya akan merebut ibu kota.
Selain itu, militer Rusia, ujar sang pejabat, juga mengendalikan beberapa lapangan terbang yang dapat digunakan untuk menyalurkan lebih banyak pasukan ke negara legenda sepak bola Andriy Shevchenko tersebut.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan negaranya akan kembali memberi sanksi ke Rusia. Sanksi dijanjikannya lebih luas dalam upaya memutus Moskow dari ekonomi global.
Biden menyebut hukuman baru akan menargetkan triliunan aset. Termasuk tindakan khusus terhadap elit serta bank-bank termasuk bank umum milik negara (BUMN) Rusia.
"Hari ini, saya mengizinkan sanksi tambahan yang kuat dan batasan baru tentang apa yang dapat diekspor ke Rusia," kata Biden dikutip CNBC International dalam konferensi pers Kamis sore waktu setempat.
Ini merupakan sanksi ketiga AS, tiga hari berturut-turut. Sebelumnya AS telah melarang memberi pinjaman ke Rusia bahkan menjatuhkan sanksi ke pipa Nord Stream 2 yang diinvestasikan untuk mengangkut gas alam dari Rusia ke Jerman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)