Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Riset BRI Danareksa Sekuritas, Hilmy Kristanto menuturkan, proyeksi level psikologis IHSG tersebut didasarkan pada situasi perekonomian nasional domestik yang cukup solid dengan pertumbuhan di angka 5%, lebih baik dari negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, dari sisi kurs Rupiah juga stabil, sehingga arus modal asing akan terus membanjiri pasar saham Tanah Air. "Arus modal asing akan mengalir stabil ke pasar modal," kata Hilmy, Kamis (24/2/2022).
Hilmy melanjutkan, ada sejumlah tantangan yang harus diwaspadai investor. Risiko tersebut adalah situasi ketegangan geopolitik di Ukraina. Rusia resmi menginvasi negara tersebut. "Adanya ketegangan geopolitik Ukraina menyebabkan risiko volatilitas dari sisi risiko eksternal meningkat lebih tinggi di saat pasar perlahan terlepas dari pandemi," katanya.
Risiko dari sisi eksternal selanjutnya adalah kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang menurut konsensus pasar diperkirakan akan naik mulai 25 basis poin (bps) pada Maret ini. "Kenaikan suku bunga The Fed memicu volatilitas, berdasarkan konsensus kenaikannya 25 bps," ujarnya.
BRI Danareksa merekomendasikan saham-saham yang berpotensi tumbuh pada tahun ini antara lain di sektor perbankan yang akan terus mencatatkan tren pertumbuhan dari sisi kredit dan laba bersih. Sektor ritel juga akan mulai bangkit setelah pandemi mereda.
Selanjutnya, sektor properti kan tumbuh seiring meningkatnya permintaan dan ditopang oleh insentif fiskal dari pemerintah. Sektor konstruksi juga akan terus tumbuh, terutama BUMN karya seiring adanya dukungan proyek infrastruktur pemerintah.
Adapun, untuk sektor yang terkait dengan ekonomi hijau dan ekonomi baru (new economy), antara lain pertambangan nikel untuk bahan baku baterai kendaraan listrik, sektor perkebunan, sektor perbankan digital dan industri telekomunikasi.
"Kami memperkirakan IHSG berada di level 7.330 dengan perkiraan laba bersih tumbuh 13%, ada potensi bisa naik ke 16%, sehingga IHSG akan berada di level 7.550," tandasnya.
Bahana Sekuritas menilai, di tengah situasi global yang masih dipenuhi oleh sentimen kurang baik, pasar keuangan dalam negeri sedang diliputi suasana positif menyusul Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan tren positif dan rupiah yang mampu bertahan di tengah tekanan eksternal. Pada penutupan transaksi Jumat (18/02/2022) lalu, IHSG ditutup naik 0,84% ke 6.892,818 yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
"Kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia semakin membaik di awal tahun ini. Terlihat dari selama periode 50 hari pertama 2022, IHSG sudah mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88%," ungkap Kepala Ekonom Bahana TCW, Budi Hikmat, Kamis (24/2/2022).
Menurutnya, ini merupakan awalan yang bagus dan kami proyeksikan masih akan berlanjut mengingat sejumlah capaian positif dari domestik masih akan terus bermunculan. Capaian positif ini yang akan mendorong kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan nasional.
"Kami memproyeksikan IHSG di akhir 2022 terus naik hingga mencapai level 7.300," katanya.
Setidaknya ada dua hal utama yang mendorong penguatan kinerja IHSG ke depan, yaitu, Pertama; secara fundamental, perbaikan ekonomi pasca Pandemi Covid-19 terus berlanjut. Perbaikan fundamental ini merupakan hasil dari stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), berbagai insentif pajak, serta kebijakan akomodatif oleh BI yang telah berjalan sejak awal pandemi. Pemulihan ekonomi domestik yang kuat tercermin dari kembalinya daya beli masyarakat.
Per Desember 2021, pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh 22.98% secara tahunan. Pemulihan yang terus berlanjut turut didukung oleh neraca perdagangan yang membaik. Bank Indonesia (BI) menyampaikan neraca transaksi berjalan berhasil mencetak surplus pada 2021 lalu sebesar US$ 3,3 miliar atau setara Rp 47 triliun.
Ini merupakan surplus pertama setelah mencatatkan defisit beruntun selama sembilan tahun terakhir. Naiknya harga komoditas sejak 2021 lalu diproyeksi akan berdampak pula pada kinerja emiten yang akan mendorong earnings levels. Secara rata-rata di tahun ini akan ada peningkatan earnings sebesar 17,19% yang akan mendorong IHSG ke level 7.300 atau tumbuh 11% dari akhir 2021 lalu.
Kedua; Kepercayaan investor asing yang mulai terjaga yang membawa dana masuk (inflow) asing ke pasar keuangan nasional sejak Kuartal IV 2021 yang lalu. Perbaikan fundamental dipersepsikan positif oleh investor asing meski posisi dana masuk asing belum seperti saat masa commodity boom. Namun, momentum ini bisa diartikan sebagai titik awal kembalinya kepercayaan investor asing ke pasar saham Indonesia.
Sejak awal 2022, aliran dana masuk (net inflow) asing ke pasar saham Indonesia telah mencapai Rp 20,3 triliun(year to date/ytd). Hal ini menunjukkan dukungan atau kepercayaan yang solid dari investor asing dan dapat menjadi indikator yang bagus untuk kinerja IHSG ke depan.
Bahana TCW juga percaya IHSG hanya akan terdampak minim oleh sentimen negatif yang berasal dari eksternal, seperti The Fed yang berencana meningkatkan suku bunganya hingga lima kali dalam tahun ini, ketegangan antara Rusia dan Ukraina, serta market global yang menunjukkan tren pelemahan.
Budi menjelaskan, investor asing melihat ekonomi di tahun ini dan tahun-tahun mendatang sebagai tahun harvesting dari apa yang dilakukan pemerintah sejak 2014 lalu. Sejak 2014 lalu, pemerintah telah memulai berbagai proyek infrastruktur strategis nasional secara masif dan mulai 2019 lalu pemerintah secara serius memperbaiki regulasi guna mendukung kemudahan investasi di dalam negeri, salah satunya melalui omnibus law.
"Dan saat ini pasar melihat bahwa apa yang sudah dilakukan pemerintah sejak 2014 tersebut sudah mulai menunjukkan hasilnya," bebernya.
Saat ini, kata Budi, pelaku pasar utamanya asing melihat Indonesia mulai terlihat memiliki karakter ekonomi yang jelas. Saat ini terlihat Indonesia sebagai negara manufaktur dengan kebijakan peningkatan nilai tambah sejumlah komoditas alam dan tidak hanya berorientasi menjual bahan mentah, contohnya produksi nikel, baja dan lain-lain. Jadi, masuknya asing ke pasar saham Indonesia lebih disebabkan oleh level of confidence terhadap story of growth ekonomi Indonesia di masa mendatang.
"Dengan kata lain, kepercayaan pelaku pasar asing kembali tumbuh karena mereka mengapresiasi arah pembangunan ekonomi Indonesia," ujar Budi.