
Rusia Mulai Perang! Kurs Dolar Australia Merosot Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia akhirnya benar-benar melakukan operasi militer ke Ukraina, hal ini membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan turut menyeret dolar Australia yang merupakan risk-on currency.
Pada perdagangan Kamis (24/2), pukul 11:07 WIB, dolar Australia merosot 0,68% melawan rupiah ke kisaran Rp 10.298/SG$.
CNBC International dan CNN International melaporkan ledakan dilaporkan sudah terjadi di ibu kota Kyiv.
Tim CNN di Kharkiv, bahkan melaporkan mendengar "aliran ledakan keras yang terus-menerus". Ini adalah kota terbesar kedua di Ukraina yang terletak di timur laut negara itu.
Ledakan tersebut terjadi beberapa menit setelah pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengumumkan operasi militer di Ukraina demi membela separatis di timur negeri itu. Putin sendiri mengakui kedua wilayah itu merdeka dari Ukraina Senin.
"Saya telah membuat keputusan operasi militer," kata Putin dalam pernyataan mengejutkan di televisi sesaat sebelum pukul 6.00 pagi waktu setempat.
Serangan tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk yang menyeret dolar Australia. Rupiah sebenarnya juga terkena dampak negatif, tetapi masih cukup kuat sebab ditopang aliran modal yang masuk ke dalam negeri belakangan ini.
Dari pasar saham, investor asing masih terus memborong saham-saham di dalam negeri. Aksi beli bersih (net buy) kemarin tercatat sebesar sebesar Rp 862 miliar. Dalam dua hari pertama pekan ini, net buy tercatat sekitar Rp 1,4 triliun, dan dalam 2 minggu sebelumnya Rp 10 triliun.
Di pasar obligasi sekunder juga terjadi hal yang sama. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 18 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, hampir Rp 14,5 triliun.
Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 18 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 10 triliun di pasar obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
