Awas Perang Dunia III, Harga Perak Terus Melaju

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
23 February 2022 07:35
Ilustrasi Perak (Image by Walter Freudling from Pixabay)
Foto: Ilustrasi Perak (Image by Walter Freudling from Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren bullish harga perak dunia terus berlanjut seiring dengan eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tak kunjung mereda.

Pada Rabu (23/2/2022) pukul 06.50 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 24,12/ons, naik 0,14% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.


Invasi Rusia ke Ukraina disebut Barat sudah dimulai. Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah memerintahkan tentara ke dua wilayah pemberontak di Ukraina Timur yang didukung negaranya, Donetsk dan Lugansk.

Putin melakukan hal tersebut pasca mengakui kemerdekaan wilayah-wilayah itu dari Ukraina, Senin (21/2/2022). Ini merupakan "serangan" kedua Rusia setelah mencaplok Krimea dari Ukraina di 2014.

"Dari laporan, saya pikir kita sudah dapat mengatakan bahwa Putin telah mengirim tank dan pasukan. Dari situ dapat disimpulkan bahwa invasi ke Ukraina telah dimulai," kata Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid dikutip CNBC Internasional, Selasa (22/2/2022).

Terbaru, Amerika Serikat (AS) bereaksi. Presiden Joe Biden dalam konferensi pers terbarunya Selasa (22/2/2022) malam waktu setempat, memastikan akan membantu Ukraina.

AS akan memasok senjata pertahanan ke negara itu guna melawan invasi Rusia ke Eropa Timur. Biden juga memastikan akan mengerahkan pasukan AS memperkuat sekutu NATO di wilayah itu.

"Saya telah mengizinkan pergerakan tambahan pasukan dan persenjataan AS, yang sudah ditempatkan di Eropa, untuk memperkuat sekutu Baltik kami, Estonia, Latvia, dan Lithuania," kata Biden dikutip AFP.

"Biar saya perjelas, ini benar-benar gerakan defensif dari pihak kita."

Konflik yang kian memanas mendorong investor untuk membeli aset safe haven seperti perak yang memiliki fungsi sebagai lindung nilai aset. Sehingga permintaan perak naik, harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengangguran AS Bagus tapi Perak Loyo, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular