Biden Sanksi Rusia, Wall Street Merana! Awas IHSG Nyusul
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,6% ke 6.861,994 pada perdagangan Selasa kemarin. Tetapi pelemahan tersebut sudah terpangkas dari sebelumnya sekitar 1%.
Investor asing masih belum berhenti memborong saham di dalam negeri. Kemarin aksi beli bersih (net buy) investor asing tercatat sebesar Rp 727 miliar, sehingga dalam dua hari perdagangan di pekan ini net buy lebih dari Rp 1,4 triliun. Dalam dua pekan sebelumnya, net buy tercatat sekitar Rp 10 triliun.
Meski aksi borong terus terjadi tetapi sentimen yang memburuk akibat eskalasi tensi geopolitik di Barat membuat IHSG kesulitan untuk menguat, apalagi melihat posisinya yang mencapai rekor tertinggi di awal pekan ini.
Tekanan pada hari ini, Rabu (23/2), masih akan besar sebab Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Binden, kemarin memberikan sanksi ke Rusia.
Hal ini dilakukan setelah Rusia mengirim pasukannya ke wilayah Donestk dan Luhansk yang sebelumnya diakui kemerderdekaannya dari Ukraina oleh Presiden Valdimir Putin.
"Ini adalah wal dari invasi Rusia ke Ukraina, Putin mengindikasikan hal tersebut dan meminta izin Duma (parlemen) untuk melakukannya. Jadi saya mulai memberikan sanksi," kata Biden sebagaimana diwartakan CNBC International.
Biden memberikan sanski ke bank VEB dan bank militer Rusia (PSB). Institusi finansial di AS tidak diizinkan untuk memproses transaksi ke dua bank tersebut.
Sanksi begitu juga diberlakukan ke obligasi yang membuat Rusia tidak bisa lagi menjualnya ke Negara Barat. Beberapa individu Rusia juga diberikan sanksi oleh Biden.
Eskalasi tensi tersebut membuat bursa saham AS (Wall Street) rontok pada perdagangan Selasa waktu setempat. Indeks Dow Jones merosot 1,4%, disusul Nasdaq minus 1,2% dan S&P 500 turun 1%.
Jebloknya kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya mengirim sentimen negatif ke pasar Asia hari ini termasuk ke IHSG.
Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian dan 1 jam yang berada di wilayah jenuh beli (overbought), membuat IHSG terkoreksi kemarin.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Kini Stochastic 1 jam sudah berada di dekat oversold sementara grafik harian masih di overbought. Sehingga, IHSG masih berisiko melanjutkan koreksi.
Support 6.840, jika dilewati IHSG berisiko turun menuju 6.810 hingga 6.800, sebelum menuju 6.770.
Sebaliknya selama bertahan di atas 6.840, IHSG berpeluang bangkit ke ke 6.900 lagi, sebelum menuju target pola Rectangle di 6.950.
IHSG di awal pekan ini hampir mencapai target penguatan pola Rectangle yang dibentuk sejak Oktober lalu.
Batas atas pola ini berada di kisaran 6.735, dan batas bawah pola Rectangle berada di kisaran 6.510, artinya ada jarak sekitar 215 poin dari level tersebut ke batas atas.
Selama bertahan di atasnya, target penguatan IHSG sebesar 215 poin ke 6.950.
IHSG juga berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 pada grafik harian.
Selama mampu bertahan di atas tiga MA tersebut, berlanjutnya penguatan IHSG ke depannya masih terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)