Gile! Pasca Suspensi, Saham CMPP dan SUPR 'Ngamuk' Lagi

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Selasa, 22/02/2022 15:51 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten maskapai penerbangan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) dan emiten tower PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) ditutup melonjak pada perdagangan Selasa ini (22/2/2022).

Hal tersebut terjadi seiring Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kembali suspensi (penghentian sementara) perdagangan kedua saham tersebut mulai hari ini.

Asal tahu saja, BEI 'menggembok' saham CMPP sejak 10 Februari 2022, sedangkan untuk saham SUPR pada Senin kemarin (21/2).


Adapun, untuk CMPP, BEI memasukkan saham tersebut ke dalam pemantauan khusus dengan Notasi 10 mulai hari ini.

Notasi 10 berarti suatu saham dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.

Selain Notasi 10, CMPP juga dikenakan Notasi E, yang berarti laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif. Sebagai informasi, per 30 September 2021, ekuitas CMPP tercatat negatif alias defisiensi modal hingga Rp 4,53 triliun.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham CMPP ditutup melesat 9,73% ke Rp 620/unit dengan nilai transaksi Rp 13,48 miliar dan volume perdagangan 22,73 juta saham.

Sejak awal tahun (ytd), saham CMPP meroket 236,96%.

Kabar teranyar, CMPP telah memenuhi ketentuan bursa terhadap kepemilikan publik (floating share) sebesar minimal 7,5%. Pemenuhan ini dilakukan pada 14 Januari 2022 lalu.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan, pemenuhan jumlah free float ini dilakukan dengan pelepasan saham dari dua pemegang saham mayoritas perusahaan, yakni PT Fersindo Nusaperkasa dan AirAsia Aviation Ltd. (d/h AirAsia Investment Ltd.).

Masing-masing pemegang saham ini melepas 320.625.000 saham atau setara dengan 3% dari seluruh saham yang dimilikinya kepada pihak ketiga melalui pasar negosiasi.

Dengan demikian, saat ini susunan pemegang saham perusahaan antara lain PT Fersindo Nusaperkasa 46,16%, AirAsia Aviation Ltd. sebanyak 46,25% dan publik 7,59%.

"Dalam rangka memenuhi Peraturan PT Bursa Efek Indonesia No I-A Ketentuan V.1 yaitu mengenai kepemilikan saham publik minimum 7,5% bagi Perseroan," tulis keterbukaan informasi tersebut, dikutip Selasa (18/1/2022).

Sementara, saham SUPR melonjak hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 19,98% ke Rp 59.150/saham.

Dengan ini, harga saham SUPR menjadi yang tertinggi di antara lainnya, berada di atas saham emiten Grup Sinar Mas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang tercatat di Rp 46.500/saham dan emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) di harga Rp 43.000/saham.

Namun, nilai transaksi (Rp 749,78 juta) dan volume perdagangan (12.700 saham) saham emiten yang baru saja diakuisisi anak usaha emiten tower Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) tidak tergolong ramai hari ini.

Saham SUPR sudah melambung tinggi 282,23% sejak awal tahun ini.

Kabar terbaru, pada 17 Februari lalu, manajemen SUPR mengumumkan, Direksi PT Global Indonesia Komunikatama (GIK) mengumumkan hasil pengambilalihan seluruh saham GIK oleh SUPR melalui surat kabar harian nasional.

Pengambilalihan seluruh saham yang telah disetor dan ditempatkan pada GIK tersebut, semula dimiliki oleh masing-masing PT Mekar Hijau Permai dan PT Multi Inti Aliansi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(adf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saham Sritex Terancam Didepak dari Bursa Efek Indonesia