Ssssttt... IHSG Bisa 6.900 Jika Skenario Ini Terjadi
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing lagi-lagi memborong saham-saham di dalam negeri, yang menjadi salah satu pemicu penguatan IHSG sebesar 0,65% ke 6.850,198 kemarin. Sentimen pelaku pasar yang membaik setelah Rusia menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina membuat para investor mengalirkan modalnya ke aset-aset berisiko.
Kemarin, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp 957 miliar di pasar reguler Sehingga sejak awal pekan net buy tercatat lebih dari Rp 1,5 triliun. Pada pekan lalu net buy bahkan lebih dari 7 triliun.
Sementara itu pada perdagangan Kamis (17/2) peluang IHSG melanjutkan penguatan cukup besar, tetapi tetap waspada terjadinya koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking). Apalagi, bursa saham AS (Wall Street) berakhir variatif pada perdagangan Rabu.
Situasi di Eropa Timur kembali menjadi perhatian, meski Rusia mengatakan menarik pasukannya dari perbatasan tetapi Amerika Serikat tidak percaya begitu saja. Hal ini membuat Wall Street sempat tertekan cukup dalam di awal perdagangan kemarin.
Anthony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, mengungkapkan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu malah menggerakkan lebih banyak pasukan ke perbatasan Ukraina dan tidak ada yang ditarik mundur.
"Itulah apa yang Rusia bilang, dan inilah yang Rusia lakukan. Kami belum melihat adanya pasukan yang ditarik mundur. Kami masih melihat pasukan bergerak menuju perbatasan, bukan menjauhi perbatasan," tegas Blinken dalam wawancara dengan MSNBC.
Perkembangan situasi di Eropa Timur tersebut akan mempengaruhi IHSG pada hari ini.
Secara teknikal, IHSG semakin jauh di atas pola Rectangle yang dibentuk sejak Oktober lalu, yang tentunya membuka ruang penguatan lebih lanjut.
Batas atas pola ini berada di kisaran 6.735, dan batas bawah pola Rectangle berada di kisaran 6.510, artinya ada jarak sekitar 215 poin dari level tersebut ke batas atas.
Selama bertahan di atasnya, ke depan IHSG berpeluang naik sebesar 215 poin ke 6.950.
IHSG juga berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 pada grafik harian.
Selama mampu bertahan di atas tiga MA tersebut, berlanjutnya penguatan IHSG ke depannya masih terbuka lebar.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian dan 1 jam mulai masuk lagi ke wilayah jenuh beli (overbought)
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, risiko koreksi IHSG masih cukup besar, dengan support terdekat kini berada di kisaran 6.840. Jika suppor ditembus, IHSG berisiko terkoreksi ke 6.800, sebelum menuju ke 6.770 jika level tersebut dilewati.
Sementara jika mampu bergerak konsisten di atas 6.840, IHSG berpeluang menguat lebih lanjut menuju rekor tertinggi sepanjang masa 6.874,351 yang dicapai pada Kamis pekan lalu, sebelum ke 6.900 dan target selanjutnya di 6.950.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap)