
Tekanan Makin Besar, IHSG Berisiko Makin Turun di Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,26% di level 6.674,05 hingga perdagangan sesi I Selasa (11/1/2021) berakhir.
IHSG semakin menjauhi level psikologis 6.700 setelah sempat menyentuhnya di akhir pekan lalu. Indeks sebenarnya bergerak di zona hijau pada satu jam awal perdagangan.
Saat dibuka IHSG langsung melesat 0,22% ke level 6.705,8 dan setelah itu IHSG lanjut naik hinga mencapai level tertingginya di 6.727,77.
Namun penguatan indeks terus terpangkas dan berakhir ambles di zona merah. IHSG bahkan sempat menyentuh level terendahnya di 6668,8.
Nilai transaksi terpantau cukup ramai hingga mencapai Rp 7,55 triliun. Asing juga melakukan aksi beli bersih senilai Rp 452 miliar di pasar reguler. Sebanyak 158 saham menguat, 369 melemah dan 148 stagnan.
Semalam bursa saham AS ditutup dengan galau. Indeks Dow Jones dan S&P 500 ditutup melemah masing-masing 0,41% dan 0,14% hanya NASDAQ yang selamat dari koreksi.
Melihat Wall Street yang ambrol dan yield SBN AS yang terus meningkat di tengah peluang normalisasi kebijakan the Fed tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan Asia dan Indonesia.
Pasar kemungkinan akan merasakan gejolak pada perdagangan hari ini. Risiko lain juga datang dari perkembangan Covid-19.
Belum juga varian Omicron tuntas, ilmuwan kembali menemukan varian baru Covid-19 yang memiliki karakteristik seperti Omicron dan Delta sehingga disebut sebagai Deltacron. Varian ini ditemukan di Siprus dan sudah ada 25 kasus.
"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta dan kami menemukan strain ini yang merupakan kombinasi dari keduanya," kata peneliti, Profesor Ilmu Biologi Universitas Siprus Leondios Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan TV lokal, Sigma. "Penemuan itu dinamai Deltacron karena identifikasi genetik mirip Omicron."
Terkait apakah lebih berbahaya atau tidak, peneliti masih harus melakukan penelitian dan mengumpulkan lebih banyak bukti dan data untuk mengambil konklusi.
Dari dalam negeri, sentiment datang dari dunia tambang batu bara. Setelah memberlakukan larangan ekspor sejak awal Januari, akhirnya Indonesia memutuskan untuk membuka keran ekspor si batu hitam. Alhasil harga batu bara pun melemah.
Setelah terkoreksi di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan, IHSG sudah berada sedikit di bawah level supportnya di 6.676. Sedangkan level resisten terdekat berada di 6.700 dan selanjutnya di 6.745.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
![]() Foto: Refinitiv |
Saat ini RSI berada di area 48,98 dan cenderung bergerak turun. Sehingga peluang IHSG lanjut terkoreksi sesi II masih terbuka.
Kemungkinan IHSG lanjut melemah di sesi II juga terkonfirmasi dari Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD), di mana garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26 dan batang histogram sudah berada di area negatif.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Jones Cetak Rekor Lagi, IHSG Bakal Ikutan Hari ini?