Pengumuman! Puncak Gelombang Ketiga Pandemi Sudah Lewat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 February 2022 06:45
Suasana aktivitas di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Kamis (3/2/2022).
Foto: Suasana aktivitas di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Betul bahwa Omicron lebih mudah menular dan membuat lebih banyak orang terjangkiti. Tren perawatan pasien memang meningkat selama musim puncak Omicron, di mana ada 27.009 orang pasien yang dirawat (per 13 Februari). Sebanyak 77% dari mereka terkonfirmasi Covid-19.

Namun yang tak bisa dinafikan adalah fakta bahwa 65% dari mereka yang masuk ke rumah sakit tersebut merupakan pasien tak bergejala atau bergejala tapi ringan. Sebanyak 31% lainnya dinyatakan bergejala sedang, 3% bergejala berat, dan 1% kritis.

Bahkan, 60% dari mereka dinyatakan tidak memerlukan terapi oksigen. Jika menilik sepak terjang virus Covid-19 sebelumnya yang memicu gagal pernafasan para korbannya, maka Omicron bisa dibilang sebagai Covid-19 yang ramah.

Bukti lain mengenai minimnya tingkat kegawatan Omicron terlihat dari jumlah korban jiwa yang menurut data Kemenkes saat ini lebih rendah jika dibandingkan dengan gelombang kedua (varian Delta).

Jika puncak gelombang kedua varian Delta (27 Juli 2021) memicu kematian hingga 2.069 jiwa, maka pucak gelombang Omicron saat ini berujung pada angka kematian hanya 1.090 korban jiwa, atau sekitar separuhnya.

Itupun angka kematian hanya terjadi pada mereka yang memiliki situasi khusus, yakni 48% di antqara korban yang meninggal di gelombang ketiga saat ini memiliki komorbid, 49% dari mereka merupakan lansia, dan 68% di antaranya belum divaksin secara lengkap.

sSumber: Kemenkes

Dengan perkembangan demikian, maka tidak heran jika tingkat okupansi rumah sakit nasional masih aman, termasuk juga ketersediaan tempat tidur isolasi dan fasilitas gawat darurat untuk pasien Covid-19.

Semakin membaiknya fasilitas perawatan yang diberikan oleh pemerintah juga membantu menurunnya korban jiwa di gelombang ketiga ini, seperti layanan telemedisin untuk melayani obat dan menjangkau penderita Covid-19.

Dari 368.039 kasus konfirmasi positif, 94% di antaranya menerima bantuan pendampingan melalui layanan whatsap, sementara 38% lainnya dihubungi melalui layanan telemedisin. Pendampingan cepat demikian memungkinkan penanganan yang lebih terukur

Di sisi lain, pengantaran obat pun semakin cepat, di mana 85% obat sudah diterima di tangah penderita Covid-10 maksimal H+1. Ini jauh lebih baik dari sebelumnya yang hanya 55% penderita Covid-19 saja yang menerima obat H+1.

Faktor terakhir yang membantu percepatan dan perbaikan penanganan Covid-19 adalah ketersediaan obat Covid-19 di 10 provinsi, di mana stok obat di banyak tempat memiliki rasio di atas 100% dari kebutuhan yang ada, dengan angka rata-rata sebesar 229%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular