Jakarta, CNBC Indonesia - Mulai meredanya ketegangan geopolitik antara Ukraina-Rusia di Eropa Timur turut membuat sentimen pasar membaik dan membawa investor kembali masuk ke aset-aset berisiko (risk-on mode).
Dari pasar saham, secara umum indeks-indeks saham utama di dunia juga berhasil menghijau pada perdagangan hari ini, Rabu (16/2)--khusus kawasan Asia-Pasifik--atau Selasa kemarin (15/2) untuk kawasan Eropa-Amerika Serikat (AS).
Menurut data Bursa Efek Indonesia, pada pukul 10.56 WIB tadi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,54%. Kenaikan itu sedikit berkurang menjadi 0,47% ke 6.843,19 pada 11.15 WIB.
Nilai transaksi di bursa saham nasional mencapai Rp 6,4 triliun dan volume perdagangan 15,74 miliar saham.
Dana asing juga tidak henti-henti masuk. Hingga siang ini, investor asing melakukan beli bersih Rp 252,49 miliar di pasar reguler. Selama sepekan, nilai beli bersih asing mencapai Rp 3,38 triliun. Adapun sejak awal tahun (ytd) asing sudah masuk dengan nilai beli bersih Rp 17,35 triliun di pasar reguler.
Dari Bursa Asia-Pasifik sampai Paman Sam
Bursa saham utama di kawasan Asia-Pasifik lainnya juga mayoritas menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang, misalnya, naik 2,08%, Hang Seng Hong Kong juga menguat 1,29%, indeks ASX 200 Australia pun terapresiasi 0,74%.
Dari kawasan Eropa, pada penutupan Selasa kemarin, indeks FTSE 100 Inggris ditutup naik 1,03%, indeks Dax Jerman dan Stoxx600 Eropa juga masing-masing menguat 1,98% dan 1,43%.
Beralih ke bursa saham Negeri Paman Sam tiga indeks utama ditutup menguat tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,22%, S&P 500 melonjak 1,58%, dan Nasdaq Composite 'terbang' 2,53%.
Kinerja Sejumlah Indeks Saham Dunia
Indeks Saham | Perubahan (%) |
IHSG | 0.54 |
Nikkei 225 (Jepang) | 2.08 |
Hang Seng (Hong Kong) | 1.29 |
Shanghai Composite (China) | 0.69 |
Straits Times (Singapura) | -0.01 |
KOSPI (Korsel) | 1.68 |
ASX 200 (Australia) | 0.74 |
FTSE 100 (Inggris) | 1.03 |
Dax (Jerman) | 1.98 |
Stoxx600 (Eropa) | 1.43 |
Dow Jones (AS) | 1.22 |
S&P 500 (AS) | 1.58 |
Nasdaq (AS) | 2.53 |
Sumber: BEI, Refinitiv, RTI | Indeks Asia-Pasifik per 16 Feb. pukul 10.56 WIB | Indeks Eropa-AS per 15 Feb.
Sepertinya investor kembali memborong saham di Wall Street karena koreksi selama beberapa hari terakhir membuat harga saham menjadi lebih murah. Sebagai gambaran, S&P 500 masih mencatatkan koreksi 1,83% selama seminggu terakhir.
Rupiah
Menguatnya pasar finansial, terutama bursa saham, global juga turut membuat rupiah menguat di hadapan dolar AS. Begitu perdagangan dibuka pagi tadi, rupiah langsung menguat 0,24% ke Rp 14.265/US$, level tersebut merupakan yang terkuat sejak 11 Januari lalu.
Sementara, per 11.00 WIB, penguatan rupiah sedikit mengendur, yakni sebesar 0,14% ke Rp 14.280/US$.
Ketika sentimen global membaik, maka aset emerging market (EM, pasar negara berkembang) dengan imbal hasil tinggi seperti rupiah akan kembali menjadi buruan.
Wall Street Hijau, Kripto Ketularan
Menghijaunya bursa saham global juga menular ke pasar kripto.
Menurut data Coinmarketcap per pukul 11.04 WIB hari ini, hampir semua koin atau token kripto utama (big cap) menguat.
Kinerja 5 Besar Aset Kripto (Tanpa Stablecoin)
Koin/Token Kripto | Harga (US$) | % Harian |
Bitcoin (BTC) | 44011.17 | 0.92 |
Ethereum (ETH) | 3141.89 | 3.82 |
Binance Coin (BNB) | 431.11 | 4.32 |
XRP (XRP) | 0.8365 | 1.45 |
Cardano (ADA) | 1.10 | 1.60 |
Sumber: Coinmarketcap | Data per 16 Feb. pukul 11.04 WIB
Bitcoin (BTC), koin kripto terjumbo, naik 0,92%. Sementara, ether (ETH) melesat 3,82%.
Menurut seorang peneliti perusahaan penyedia data pasar kripto Kaiko, Clara Medali, pergerakan tersebut kemungkinan merupakan 'lonjakan pasar alamiah' setelah sentimen yang cenderung netral selama sebagian besar minggu terakhir.
Dia menambahkan, baik Bitcoin dan ether telah menembus level resistance sebelumnya dan menuju level tertinggi dalam satu bulan.
"Bulan lalu telah menjadi [tren] bearish untuk hampir semua aset kripto menyusul serangan berkepanjangan dari likuiditas rendah dan volatilitas yang diinduksi secara makro," katanya kepada CNBC International, Selasa (15/2).
Sementara, meredanya ketegangan Ukraina-Rusia membuat imbal hasil (yield) Treasury AS dengan tenor 10-tahun naik ke level tertinggi dalam 2 tahun terakhir pada Selasa kemarin. Ini menandakan banyak investor yang kembali beralih ke mode risk on.
Kemarin, yield US Treasury 10-Y sempat naik 4,9 basis poin menjadi 2,044%. Ini merupakan level yang tertinggi sejak 30 Juli 2019, menurut Data Pasar Dow Jones.
Sementara, hingga siang ini, pukul 11.38 WIB, yield US Treasury 10-Y masih berada di atas 2%, tepatnya 2,029%. Sebelumnya, yield treasury telah naik di atas 2% setidaknya pada minggu lalu menyusul rilis data inflasi tahunan AS 'terpanas' dalam 4 dekade terakhir, yakni sebesar 7,5%.
Naiknya yield Treasury tampaknya turut membuat yield Surat Berharga Negara (SBN) acuan dengan tenor 10 tahun ikut terapresiasi pula, ke posisi 6,5481%. Dalam seminggu, yield SBN naik 0,0305 basis poin.
 Foto: Refinitiv Imbal Hasil (Yield) SBN 10 Tahun dan US Treasury 10-Y |
Seiring tensi perang mereda, investor saat ini mulai berfokus lagi ke rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Inflasi yang sangat tinggi di AS membuat peluang suku bunga dinaikkan dengan agresif semakin kuat. The Fed sebelumnya sudah mengindikasikan bisa menaikkan suku bunga tiga kali di tahun ini.
Namun, dengan inflasi yang mencapai 7,5% year-on-year (yoy), tertinggi sejak Februari 1982, banyak analis dari bank investasi melihat The Fed akan bertindak lebih agresif, salah satunya dengan menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Maret.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 93,8% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan. Dan probabilitas kenaikan 25 basis poin hanya 6% saja.
Artinya, pasar melihat The Fed pasti menaikkan suku bunga bulan depan, dan kemungkinan sebesar 50 basis poin menjadi 0,5% - 0,75%.
Nasib Emas
Lalu, bagaimana nasib emas?
Setelah sempat naik tinggi ke US$ 1.870,29/troy ons pada Senin lalu (14/2), yang menjadi level tertinggi sejak Juni 2021, harga emas kembali terkoreksi dalam dua hari terakhir seiring tensi Ukraina-Rusia mereda yang membuat harga aset lindung nilai (safe haven) tertekan.
Hingga siang ini, pukul 12.00 WIB, harga emas US$ 1.852,68/troy ons.
Selama sepekan, harga emas naik 1,11%, sedangkan dalam sebulan menguat 1,95%. Adapun, sejak awal tahun (ytd), harga logam kuning sudah terapresiasi 1,33%.
 Foto: Refinitiv Harga Emas Dunia di Pasar Spot |
"Sebagai akibat dari sedikit de-eskalasi [penurunan tensi] situasi Rusia-Ukraina, kami telah melihat sedikit kemunduran dalam produk-produk safe-haven seperti emas," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, dikutip Reuters, Rabu (16/2).
Meger menambahkan, data inflasi AS yang lebih 'panas' dari perkiraan telah membebani pasar emas karena dapat menyebabkan The Fed lebih hawkish.
Sementara emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik, jelas Meger, kenaikan suku bunga AS akan meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) memegang emas batangan yang pada dasarnya tidak memiliki imbal hasil.
Investor saat ini akan menunggu risalah dari pertemuan kebijakan The Fed (FOMC) per Januari 2022 pada hari ini.
Tensi Ukraina-Rusia Mereda
Sebelumnya, Moskow mengungkapkan sebagian pasukannya sudah kembali ke barak setelah 'latihan' di sekitar perbatasan Ukraina. Rusia juga siap melakukan dialog soal misil dan isu pertahanan lainnya dengan negara-negara barat.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengonfirmasi kalau Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara serta prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina. Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, kemarin.
Putin mengatakan, Rusia "tentu saja" tidak menginginkan perang. Menurut dia, Rusia siap mencari solusi dengan Barat.
"Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin seperti dilansir AFP, Rabu (16/2/2022).
Penurunan tensi Rusia-Ukraina tentu turut membuat investor lega.
"Dengan tensi Rusia-Ukraina yang mendingin, setidaknya ada sedikit kepastian di pasar," ujar Mike Loewengart, Direktur Pelaksana di E*Trade Financial, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA